Sabtu, 25 Oktober 2008

MULTIPLE INTELEGENCY, Oleh Drs.Supiya, S,Pd

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Kecerdasan ( Intelligence)

Apakah Kecerdasan Itu?
Berbicara mengenai kecerdasan biasanya kita selalu mengaitkan dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru, kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk pemecahan masalah,ataupun kemampuan untuk berpikir abstrak.
Seperti apa yang dikatakan Howard Gardner) Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat .
Dari pengertian di atas menurut arah atau hasilnya ,inteligensi ada 2 macam ; ialah :
1. Inteligensi praktis . Ialah inteligensi untuk dapat mengatasi suatu situasi yang sulit dalam sesuatu kerja,yang berlangsung secara cepat dan tepat
2. Inteligensi teoritis . Ialah inteligensi untuk dapat mendapatkan suatu fikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat
Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efktif dan efisien.Dengan kata lain orang lebih cerdas ,akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas.Yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah ) kemudian bisa sukses dalam kehidupannya bahkan lebih sukses dari rekan-rekannya yang lebih cerdas,dan sebaliknya.

B. Tingkat Kecerdasan
Seperti kita telah ketahui bahwa kemampuan seseorang dalam menyelesaikan permasalahannaya berbeda ada yang cepat , ada yang sedang dan ada yang lambat. Hal ini dikarenakan berbeda dalam segi inteligensinya. Persoalan yang timbul ialah bagaimana orang dapat mengetahui taraf inteligensi itu.
Untuk dapat mengetahui taraf inteligensi seseorang ,orang menggunakan tes inteligensi. Dengan tes inteligensi diharapkan orang akan dapat mengungkap inteligensi sesorang ,dan akan dapat diketahui tentang keadaan tarafnya.
Adapun orang yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama-tama menciptakan tes inteligensi adalah Binet, dan kemudian ciptaan Binet ini direvisi dan dikembangkan sehingga terdapat beberapa macam tes inteligensi dari beberapa tokoh lainya sebagai berikut.
Bermacam-macam testa untuk menyelidiki inteligensi . Tetapi testa ini hanya dapat memberi gambaran tentang sifat batas dan luasnya ,dan hanya secara garis besarnya saja.
Testa-testa itu adalah ;
1. Testa Binet Simon yang diperbaiki oleh Bobertag . Testa ini dipergunaka untuk menyelidiki inteligensi anak antara umur 3 s/d 15 tahun.
2. Testa Binet Simon , yang diperbaiki Terman dan Merril. Yaitu mereka membagi angka umur inteligensi anak dengan angka umur anak yang sebenarnya, misalnya
Umur inteligensi anak itu : 62/5 tahun.
Umur yang sebenarnya : 7 tahun
Maka I.Q ( Inteligensi Qousient) anak itu ialah 6 2/5 tahun dibagi 7 tahun . Yaitu :32/35. Anak ini kurang normal.
3. Testa Binet Simon yang disempurnakan oleh William Stern : dengan mengalikan antara umur inteligensi anak dengan 100.
Yang kemudian ditetapkan bahwa :
a. Anak yang I.Q nya kurang dari 100 ,adalah kurang normal!
b. Anak yang I.Q nya 100, anak normal.dan
c. Anak yang I.Q nya lebih dari 100, supernormal
Mental Age ( Umur Inteligensi)
I.Q William Stern : X 100
Calender Age ( Umur sebenarnya)
4. Brightness Test . Testa ini buatan Masselon. Yang disebut juga three words test. Yaitu kepada orang yang dites ,diberikan kalimat-kalimat logis sebanyak-banyaknya dengan Rumus 3 kata tersebut. Jadi sama dengan testa untuk fantasi
5. Telegram tes. Orang percobaan (Op). disuruh membuat sesuatu berita dalam bentuk telegram
6. Definitie test .Op disuruh mendefinisikan sesuatu
7. Wiggy test .Op disuruh menyusun kembali balok-balok kecil yang semula tersusun menjadi mosalnya sebuah menara. Dan sebagianya yang sudah diceraikan . Waktu untuk menyusun kembali itu dicatat dengan teliti
8. Stenquist test. Op disuruh mengamati sesuatu benda sebaik-baiknya.
Sesudah itu ,benda itu di rusak. Orang percobaan(Op) itu harus menyusun kembali , sehingga sisa-sisa benda itu berbentuk benda seperti semula.
9. Educatioanl (schollastik) mentas test . Yaitu test yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah . Misalnya : ulangan,dikte ,ujian dan sebagainya.
10. Absurdity test. Op. Disuruh mencari kemustahilan di dalam cerita.
11. Medaillon tes. Op. disuruh menyelesaikan gambar yang baru sebagian atau belum selesai.
Ternyata tes inteligensi mengalami perkembangan terus . Dalam tahun 1939 David Wechsler menciptakan individual intelligence test ,yang dikenal dengan Wechsler Bullevue Intelligence Scale atau juga sering dengan test inteligensi WD. Dalam tahun 1949 diciptakan test Wechsler intelligence Scale for Children atau sering dikenal dengan test inteligensi WISC, yang khusus diperuntukkan anak-anak. Klasifikasi IQnya adalah :
Very superior : IQ di atas 130
Superior : IQ 120 – 129
Bright normal : IQ 110 – 119
Average : IQ 90 – 109
Dull normal : IQ 80 – 90
Borderline : IQ 70 – 79
Mental defective : IQ 69 dan ke bawah
(Harriman,1958:165 dalam Bimo Walgito ,2004:199)
Dalam tahun 1955 Wechsler menciptakan tes inteligensi untuk orang dewasa yang dikenal dengan Wechsler Adult Intelligence Scale atau yang dikenal dengan test intelligensi WAIS. Menurut Morgan ,dkk (1984) dam Bimo Walgito (2004) ada dua test inteligensi individual yang paling menonjol, yaitu test Stanford-Binet dan Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)











BAB II
PEMBAHASANA.
Kecerdasan Mejemuk (Multiple Intelligences) :
Kenalilah Jenis Kecerdasan Anak Didik Kita
Multiple intlligences adalah suatu teori pendidikkan ,pertama-tama dikembangkan oleh Howard Gardner,yang menggambarkan sebagai deretan dari jenis berbeda dari inteligensi yang dimiliki manusia.Gardner berpendapat bahwa setiap individu memiliki tingkat dari inteligensi yang berbeda, dan setiap orang mempunayia suatu keunikan pada kognitifnya. Teori ini pertam-tama terdapat pada buku Gardner 19983 : Frames of mind: The theory of Multiple Intelligences dan telah dikembangakn pada tahun berikutnya.
Teori ini menimbulkan perdebatan tentang konsep inteligensi ,dan apakah metode yang digunakan untuk mengukur inteligensi (aspek-aspeknya) bener-benar ilmiah. Teori Gardnerd berpendapat bahwa inteligensi ,seperti didefinisikan secara tradisional, tidak cukup mengarahkan/menunjukkan bervariasinya kemampuan manusia. Dalam konsepnya ,seorang anak yang menguasai tabel perkalian dengan mudah bukan berarti lebih pintar dari pada anak yang mengalami kesulitan untuk mengerjakannya.Anak kedua mungkin lebih kuat pada jenis inteligensi yang lain, maka dari itu materi pelajaran lebih baik diberikan melalui pendekatan yang berbeda. ,mungkin unggul pada bidang di luar matematka ,atau mungkin bahkan melihat melalui proses pembelajaran perkalian pada tingakat yang lebih dalam yang menyembunyikan intelligensi matematika lebih tinggi secara potensial dari pada anak yang menghapal konsep dengan mudah.. Teori menyerankan bahwa ,dari pada tergantung pada kurikulum yang seragam, sekolah seharusnya memberikan “pendidikan terpusat pada individu” dengan kurikulum toleran terhadap kebutuhan setiap anak.(Hal ini mencakup pekerjaan untuk membantu para siswa mengembangkan inteligensi mereka yang lemah) Gardner mengidentifikasikan jenis inteligensi berdasarkan delapan keriteria. Kedelapan keriteria itu untuk menggambarkan sesuatu sebagai suautu jenis inteligensi yang bebas.
Gardner pada awalnya menidentifikasikan tujuh kore inteligensi : Linguistik,logika-matematika,spasial,kinestetik,musikal,interpesonal,intrapersonal. Pada tahun 1999 dia menambahkan yang kedelapan yaitu natural inteligensi,dan menunjukkan bahwa penyelidikan terus berlanjut pada apakah terdapat suatu existensial inteligensi.
Kedelapan jenis inteligensi tersebut secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Kecerdasan Linguistik
• Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
• Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal.
• Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain.
• Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
• Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan
perbaikan pada karya tulis.
Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat.
• Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
• Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya.

2. Kecerdasan Logika - Matematika
• Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
• Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
• Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
• Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset.
• Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
• Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.
• Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.

3. Kecerdasan Intrapersonal
• Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.
• Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
• Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.
• Mengembangkan konsep diri dengan baik.
• Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.
• Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat ini.
• Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia.
Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya.

4. Kecerdasan Interpersonal
• Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial.
• Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
• Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
• Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
• Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
• Mau melihat sudut pandang orang lain.
• Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.

5. Kecerdasan Musikal
• Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik.
• Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
• Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
• Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
• Mampu menciptakan komposisi musik.
• Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
• Menyukai dan mampu bernyanyi.
• Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.
• Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.
Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.

6. Kecerdasan Visual - Spasial
• Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.
• Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.
• Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
• Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
• Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan manipulasi.
• Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna.
• Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.
Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.

7. Kecerdasan Kinestetik - Jasmani
• Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.
• Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.
• Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik.
• Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
• Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
• Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat.
Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya.

8. Kecerdasan Naturalis
• Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.
• Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
• Mampu mengenali pola di antara spesies.
• Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
• Senang memelihara tanaman, hewan.
• Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme.
• Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
• Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam).
Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
Kita semua berbeda karena kita semua memiliki kombinasi kepandaian yang berbeda. Bila kita mampu mengenalinya, saya kira kita akan mempunyai setidaknya sebuah kesempatan yang bagus untuk mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi di dunia. - Howard Gardner

B. Test Multiple Inteligensi
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta untuk memberikan nilai pada masing-masing pernyataan, sesuai dengan gambaran diri anda.
Penilaian:
0: jika pernyataan tersebut sangat tidak menggambarkan diri anda.
1: jika pernyataan tersebut tidak menggambarkan diri anda.
2: jika pernyataan tersebut sedikit menggambarkan diri anda.
3: jika pernyataan tersebut kurang lebih / kira-kira menggambarkan diri anda.
4: jika pernyataan tersebut menggambarkan diri anda.
5: jika pernyataan tersebut sangat menggambarkan diri anda.
1. [ ] Saya sangat suka bekerja dengan objek.
2. [ ] Saya dapat dengan mudah mengenali arah.
3. [ ] Saya punya kemampuan untuk membantu menyelesaikan perselisihan di antara kawan saya.
4. [ ] Saya dapat dengan mudah mengingat kata / lirik yang ada dalam sebuah lagu.
5. [ ] Saya dapat menjelaskan topik yang rumit menjadi sesuatu yang sederhana dan mudah dimengerti.
6. [ ] Saya selalu mengerjakan sesuatu selangkah demi selangkah.
7. [ ] Saya mengenali diri saya dengan baik dan mengerti perilaku saya.
8. [ ] Saya menyenangi kegiatan yang melibatkan banyak orang.
9. [ ] Saya mudah belajar dengan cara mendengarkan ceramah dan diskusi.
10. [ ] Saya merasakan perubahan mood saat mendengarkan musik.
11. [ ] Saya menikmati puzzle, TTS, dan persoalan yang melibatkan logika.
12. [ ] Saat belajar, grafik, gambar, diagram, flowchart penting bagi saya.
13. [ ] Saya peka terhadap mood dan perasaan orang di sekitar saya.
14. [ ] Saya belajar lebih maksimal bila saya dapat bergerak dan mengerjakannya sendiri.
15. [ ] Saya memelihara atau menyukai hewan atau tanaman.
16. [ ] Saya harus melihat manfaat yang bisa saya dapatkan sebelum saya memulai mempelajari sesuatu.
17. [ ] Saya membutuhkan privasi dan ketenangan saat bekerja dan berpikir.
18. [ ] Saat mendengarkan musik, saya tahu alat musik apa saja yang digunakan.
19. [ ] Saya dapat dengan mudah mengingat dan melihat kembali kejadian yang pernah saya alami.
20. [ ] Saya suka dan tertarik dengan topik yang berhubungan dengan lingkungan.
21. [ ] Saya mempunyai perbendaharaan kata yang luas dan dapat mengungkapkan diri dengan baik dengan menggunakan kata-kata tersebut.
22. [ ] Saya suka mencatat.
23. [ ] Saya memiliki keseimbangan tubuh yang baik dan menikmati kegiatan fisik.
24. [ ] Saya mengerti pola dan hubungan yang terdapat dalam sebuah pengalaman atau kejadian.
25. [ ] Saya mampu bekerja sama dalam suatu kelompok.
26. [ ] Saya mengerti cara kerja tubuh dan memperhatikan kesehatan saya.
27. [ ] Saya tanggap dan jeli, sering kali melihat sesuatu yang terlewatkan oleh orang lain.
28. [ ] Saya mudah gelisah (mis: karena harus duduk diam dalam waktu yang lama).
29. [ ] Saya suka bekerja atau belajar sendiri (tidak perlu ditemani orang lain).
30. [ ] Saya suka musik atau membuat lagu.
31. [ ] Saya suka bekerja dengan angka dan memecahkan soal matematika.
32. [ ] Saya bisa membaca arah perubahan cuaca berdasarkan kondisi alam.
Setelah anda memberikan nilai pada semua pernyataan di atas, sekarang jumlahkan angka-angka tersebut sesuai susunan di bawah ini untuk melihat di mana kecerdasan Anda menonjol.
Kecerdasan Linguistik = no. 5 + 9 + 21 + 22
Kecerdasan Logika - Matematika = no. 6 + 11 + 24 + 31
Kecerdasan Visual - Spasial = no. 2 + 12 + 19 + 27
Kecerdasan Musikal = no. 4 + 10 + 18 + 30
Kecerdasan Interpersonal = no. 3 + 8 + 13 + 25
Kecerdasan Intrapersonal = no. 7 + 16 + 17 + 29
Kecerdasan Kinestetik - Jasmani = no. 1 + 14 + 23 + 28
Kecerdasan Naturalis = no. 15 + 20 + 26 + 32

C. Multiple Inteligensi dalam Sistem Pembelajaran
Pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa yang disampaikan dalam bentuk ceramah mungkin membosankan siswa. Teori Multiple Intelligences menyarankan beberapa cara yang memungkinkan materi pelajaran dapat disampaikan dalam proses belajar yang lebih efektif.
Cara-cara penyampaian materi pelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai berikut:
- Kata-kata (Linguistic Intelligence)
- Angka atau logika (Logical -Mathematical Intelligence)
- Gambar (Visual -Spatial Intelligence)
- Musik (Musical Intelligence)
- Pengalaman fisik (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
- Pengalaman sosial (Interpersonal Intelligence)
- Refleksi diri (Intrapersonal Intelligence)
- Pengalaman di lapangan (Naturalist Intelligence)
- Peristiwa (Existence Intelligence)
Sebagai contoh, jika Anda mengajarkan ekonomi tentang Hukum permintaan pasar (Law of Supply and Demand ), maka siswa diharapkan membaca materi yang akan disampaikan (Linguistic), mempelajari formula matematika untuk mengetahui perhitungan tentang banyaknya permintaan atau supply (Logical- athematical), membuat grafik yang mengilustrasikan hukum permintaantersebut (Visual – Spatial), mengamati / mengobservasi secara langsung dipasar (Naturalist), mengamati sistem perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang pada umumnya (Interpersonal).
Pengajaran satu materi tidak perlu harus menggunakan ke sembilan kecerdasan secara serentak. Pilihlah kecerdasan yang sesuai dengan konteks pembelajaran itu sendiri.
Sebenarnya dalam melaksanakan proses belajar yang menggunakan kerangka Multiple Intelligences tidaklah sesulit yang dibayangkan. Yang dibutuhkan hanyalah kreativitas dan kepekaan guru. Artinya setiap guru harus bisa berpikir secara terbuka yaitu keluar dari paradigma pengajaran tradisional,mau menerima perubahan, serta harus memiliki kepekaan untuk melihat setiap hal yang bisa digunakan di lingkungan sekitar dalam menunjang proses belajar. Laboratorium hidup yang terbesar adalah dunia ini. Untuk mengembangkan proses pengajaran dengan menggunakan Multiple Intelligences, sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebenarnya telah tersedia di lingkungan sekitar. Artinya bahwa pendidikan tidaklah harus di dalam kelas. Tidak harus menggunakan peralatan yang canggih. Siswa bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Siswa tidak hanya dijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa teori yang mereka terima memang dapat ditemui di dalam kehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri sehingga mereka memiliki kesan yang mendalam.
Vernon A. Magnesen (1983), (DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000) menjelaskan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Artinya seseorang bisa menyerap informasi paling banyak pada saat dia melakukan atau mempraktekkan materi yang diterimanya. Kadang-kadang kita berpikir bahwa untuk menerapkan berbagai metode pengajaran yang berkembang akhir-akhir ini diperlukan suatu peralatan yang canggih untuk menunjang proses belajar. Padahal yang sebenarnya tidaklah demikian. Di dalam menerapkan Multiple Intelligences di dalam proses pengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya dengan menggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelligence, belajar kelompok untuk mengembangkan Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untuk mengembangkan Visual-Spatial Intelligence, role play untuk mengembangkan Bodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke lapangan (Field Trips) untuk mengembangkan natural Intelligence, menggunakan Multimedia, refleksi diri untuk megembangkan Intrapersonal Intelligence, dan lain-lain.
Keluar dari pola kebiasaan mengajar yang lama yaitu pengajaran yang hanya menekankan pada metoda ceramah sangatlah sulit, karena manusia cenderung tidak mau keluar dari zona nyaman sebagaimana yang diungkapkan oleh DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000 di dalam bukunya yang berjudul Quantum Teaching. Manusia cenderung akan tetap mempertahankan kebiasaannya dan tidak mau mengambil risiko, karena untuk berubah berarti mereka dihadapkan pada resiko dari perubahan itu sendiri yang seringkali ‘menakutkan’. Penerapan Multiple Intelligences di dalam proses belajar mengajar tidak harus menunggu perintah dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan Multiple Intelligences, berinisiatif untuk mencoba keluar dari zona nyaman agar pengajaran dapat dilakukan seefektif mungkin dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa guru adalah orang yang langsung terlibat di lapangan yang mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikan dari setiap siswa. Kenyataan, saat ini adalah kurangnya guru-guru yang memiliki inisiatif untuk mencoba keluar dari pola pengajaran tradisional, meskipun dari pihak atasan menfasilitasi dan mengadakan pembinaan bagi setiap guru agar dapat mengembangkan diri agar dapat menyampaikan materi pelajaran seefektif mungkin.
Upaya menerapkan Mulitiple Intelligences bukan hanya tanggung jawab guru dan kepala sekolah saja, tetapi pihak orang tua pun perlu dilibatkan. Kita harus bersinergi dengan pihak orang tua. Orang tua pun memiliki andil dalam menentukan cara belajar anaknya. Masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir tradisional dalam memandang kemampuan yang harus dicapai oleh anaknya. Mereka masih memandang anaknya bodoh, jika anaknya tidak pandai dalam matematika atau bahasa. Pola pikir orang tua seperti itu harus diubah. Pihak sekolah hendaknya mengadakan seminar bagi orang tua. Seminar itu menjelaskan bahwa kecerdasan anak bukan hanya dipandang dari kemampuan matematika dan bahasa, melainkan masih banyak kemampuan lainnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan keunikan anak. Jika pandangan baru ini diberikan kepada orang tua, diharapkan setiap orang tua dapat mendukung pihak sekolah untuk mengembangkan Multiple Intelligences. Salah satu bentuk peran serta orang tua dalam pengembangan Multiple Intelligences adalah dengan tidak memaksakan anak untuk hanya menguasai kemampuan matematika dan bahasa, tetapi mereka pun dapat membimbing dan mengarahkan anaknya sesuai dengan keunikannya masing-masing. Selain mengadakan seminar, kerja sama pihak sekolah dengan orang tua dapat dilakukan dengan mengoptimalkan peran Wali Kelas dan guru Bimbingan Konseling dengan cara melakukan pertemuan berkala dengan pihak orang tua. Kerja sama ini dilaksanakan dalam upaya untuk memantau setiap perkembangan anak dan mengamati keunikan setiap anak, sehingga pendidikan bisa diberikan sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya masing-masing.

D Sukses dan Kecerdasan
Kecerdasan memang bukan satu-satunya elemen sukses. John Wareham (1992), mengatakan ada 10 (sepuluh) unsur pokok untuk menjadi eksekutif yang sukses yaitu :Kemapuan menampilkan pesona diri yang tepat, Kemampuan mengelola energi diri yang baik, Kejelasan dan kesehatan sistem nilai pribadi dan kontrak-kontrak bathin,
Kejelasan sasaran-sasaran hidup yang tersurat maupun yang tersirat, Kecerdasan yang memadai (dalam arti penalaran),Adanya kebiasaan kerja yang baik, Keterampilan antar manusia yang baik, Kemampuan adaptasi dan kedewasaan emosional, Pola kepribadian
yang tepat dengan tuntutan pekerjaan, Kesesuaian tahap dan arah kehidupan dengan espektasi, gaya hidup. Dale Carnegie (1889-1955), bahkan tidak menyebutkan kecerdasan secara eksplisit (dalam pengertian umum) sebagai elemen keberhasilan. Beliau mengatakan bahwa untuk berhasil dibutuhkan 10(sepuluh) :
1. Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat,
2. Keterampilan berkomunikasi yang baik,
3. Keterampilan antar manusia yang baik,
4. Kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain,
5. Sikap positip terhadap orang, kerja dan diri sendiri,
6. Keterampilan menjual ide dan gagasan,
7. Kemampuan mengingat yang baik,
8. kemampuan mengatasi masalah, stres dan kekuatiran,
9. Antusiasme yang menyala-nyala, dan
10. Wawasan hidup yang luas.
Jadi jelaslah bahwa kecerdasan, yang biasanya diukur dengan skala IQ, memang bukan elemen tunggal atau tiket menuju sukses. John Wareham, menyimpulkan hal di atas sesudah ia mewawancarai puluhan ribu calon eksekutif dan mensuplai ribuan eksekutif ke banyak perusahaan, dalam peranannya sebagai ” Head Hunter ”. Begitu juga Dale Carnegie tiba pada kesimpulannya sesudah ia mewawancarai banyak tokoh sukses kontemporer pada jamannya dan sesudah membaca ribuan biografi dan otobiografi orang-orang sukses dari segala macam lapangan kehidupan.

E. Kecerdasan Politik
Kecerdasan kekuatan dalam hal politik juga semakin penting di jaman modern, dimana persaingan semakin rumit dan majemuk. Lebih mudah bagi kita untuk menghadapi musuh yang muncul terang-terangan, sebaliknya jauh lebih sulit menghadapi musuh dalam selimut. Kecerdasan dalam hal politik berperan penting karena setiap orang menghadapi konflik politik setiap hari dalam kehidupannya. Politik dapat muncul dalam keributan kecil dalam rumah tangga, persaingan antara saudara kandung, kehidupan bertetangga, dan juga di kantor. Politik bukan hanya ada dalam kegiatan mengurus negara, melainkan hadir dalam setiap kegiatan antar manusia. Sebagian orang memandang politik sebagai kegiatan yang tercela, karena di dalamnya terdapat intrik manipulasi, penipuan, dsb. Padahal politik merupakan bawaan alamiah manusia karena merupakan konsekuensi dari terjadinya hubungan antar manusia, sama halnya dengan kegiatan ekonomi. Ada banyak sekali kegiatan politik yang etis. Berpolitik tidak berarti melakukan hal yang tercela. Politik yang dipahami da n dikuasai dengan baik akan membantu mencapai tujuan dengan cara yang lebih efisien. Menjadi pemimpin atau seorang yang adil juga memerlukan keahlian politik yang baik. Politik memainkan peranan penting dalam kegiatan bisnis di kantor. Kegiatan politik yang tercela akan mengakibatkan munculnya permainan kekuasaan, negosiasi yang sulit, terhambatnya kreatifitas, rusaknya wibawa, fitnah, kebohongan dan kecurangan. Sebaliknya, politik yang disinari matahari SEPIA menjadi politik yang etis mampu memperkuat komunikasi, mempermudah perjanjian bisnis, membantu menemukan solusi kreatif, menciptakan suasana saling menghargai, dan memperkuat keterampilan pengambilan keputusan. Politik sebagai salah satu contoh dalam kecerdasan politik, misalnya : sebagai karyawan baru di jajaran manajer menengah. Budi didekati banyak orang. Andi mengajaknya makan siang dan dengan baik menjelaskan situasi di kantor. Tommy juga mengajak makan siang dengan informasi yang sedikit berbeda dengan Andi. Rudi, kenalan di kantin, memberikan banyak saran dan segudang gosip-gosip. Demikian pula dengan beberapa orang yang lain. Semua dengan baik hati memberi saran dengan gratis kepada Budi.Budi cukup cerdas. Setiap kali ada yang menanyakan apakah dia di ajak makan siang oleh Andi, dia menjawab diplomatis ”Ya, saya meminta Andi untuk meminta menjelaskan kegiatannya di departemennya. Saya kira saran-sarannya sangat membantu pekerjaan saya”. Demikian pula ketika ditanya tentang yang lain. Adi dengan hati-hati menjaga hubungan baik dengan semua rekan barunya. Sebagai karyawan baru, Budi memulai ”permainan politik” dengan awal yang baik.

F. Kecerdasan Spiritual untuk jadi Pemimpin yang Unggul
Untuk menjadi pemimpin andal, seseorang tidak hanya perlu memiliki kecerdasan intelektual dan emosi, melainkan juga kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk menyelaraskan hati dan budi sehingga ia mampu menjadi pemimpin yang berkarakter dan berwatak positip. Menurut Alwi Shihab (Mantan Menlu), kecerdasan spiritual penting sekali karena berpengaruh pada sikap pemimpin itu pada dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu melihat sesuatu di balik sebuah kenyataan empirik sehingga ia mampu mencapai makna dan hakekat tentang manusia. Dengan demikian, kemanusiaan manusia sungguh-sungguh dihargai. Plato, mengatakan bahwa kesengsaraan pada dasarnya disebabkan oleh kebodohan. Kebodohan tersebut berakar pada ketidakmampuan seseorang mengenali dirinya sendiri.
Oleh karena itu, unsur spiritual sangat diperlukan seperti halnya unsur fisik agar seseorang mampu melihat lebih dalam. Alwi Shihab menambahkan bahwa spiritual itu mengarahkan manusia pada pencarian hakekat kemanusiaannya. Menurut dia, manusia itu dapat ditemukan dalam perjumpaan manusia dengan Allah. Mistisisme membantu manusia untuk mencari something out there that are unknown (seseuatu di luar sana yang tidak diketahui). Allah itu amat bernilai, tetapi tersembunyi, tetapi rahmat Allah mengatasi batas-batas buatan manusia sehingga manusia paham tentang Allah. Dikatakan cerdas karena manusia senantiasa ingat pada Allah ketika ia melakukan karyanya.
Frans Magnis Suseno SJ, mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual membantu meningkatkan kompetensi para pemimpin untuk mengambil keputusan. Ia mendasarkan kajian itu pada tradisi mistik ignasius dari Loyola yang biasa disebut dengan latihan rohani atau exertitia spiritualis. Latihan itu dilakukan dalam sebuah masa tertentu, misalnya satu bulan atau delapan hari. Dalam masa tersebut, secara khusus seseorang diajak untuk berkonfrontasi dengan hidupnya sendiri. Tujuannya adalah untuk menaklukkan diri dan mengatur hidup begitu rupa sehingga tidak ada keputusan yang diambil di bawah pengaruh sikap kelekatan pada apapun.
Sebagai alat ukur Jalaluddin Rahmat melihat bahwa spiritual berbeda dari religiusitas atau keberagaman. Beliau mengatakan bahwa ukuran keduanya berbeda. Kecerdasan, paparnya bersifat eksistensial dan memiliki sense of mission. Hal itu senada dengan pendapat Komarudin Hidayat. Dikatakan bahwa yang terutama dalam kecerdasan spiritual adalah pengenalan akan kesejatian diri manusia. Menurut Komarudin, kemunculan spiritualitas di barat merupakan wujud protes masyarakat pada organisasi agama. Kecerdasan spiritual lanjutnya, bukan sebuah ajaran theologies. Kecerdasan ini tidak secara langsung berkaitan dengan agama.

















BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas ,maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan, keadaan dengan sadar dan mampu menggunakannya dalam memecahkan suatu
masalah dengan cepat dan tepat.
Secara umum intelegensi menurut arah atau hasilnya ,inteligensi ada 2 macam ; ialah :
1.Inteligensi praktis . Ialah inteligensi untuk dapat mengatasi suatu situasi yang sulit dalam sesuatu kerja,yang berlangsung secara cepat dan tepat
2.Inteligensi teoritis . Ialah inteligensi untuk dapat mendapatkan suatu fikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat
Seperti kita ketahui bahwa tingkat kecerdasan anak berbeda-beda . Oleh karena itu kita perlu mengetahui tingkat kecerdasan tersebut . Untuk mengetahui hal tersebut kita dapat menggunakan suatu alat yang disebut tes inteligensi meskipun testa ini hanya dapat memberi gambaran tentang sifat batas dan luasnya ,dan hanya secara garis besarnya saja.
Tes inteligensi yang sering dipakai untuk mengethui tengkat inteligensi anak-anak adalah tes yang dikenal dengan nama tes inteligensi WISC (Wechsler intelligence Scale for Children)
Klasifikasi IQnya adalah :
Very superior : IQ di atas 130
Superior : IQ 120 – 129
Bright normal : IQ 110 – 119
Average : IQ 90 – 109
Dull normal : IQ 80 – 90
Borderline : IQ 70 – 79
Mental defective : IQ 69 dan ke bawah
Pengukruan tingkat kecerdasan anak tersebut perdebatan tentang konsep inteligensi ,dan apakah metode yang digunakan untuk mengukur inteligensi (aspek-aspeknya) bener-benar ilmiah. Teori Gardner berpendapat bahwa inteligensi ,seperti didefinisikan secara tradisional, tidak cukup mengarahkan/menunjukkan bervariasinya kemampuan manusia. Gardner mengidentifikasikan jenis inteligensi berdasarkan delapan keriteria. Kedelapan keriteria itu untuk menggambarkan sesuatu sebagai suautu jenis inteligensi yang bebas.
Delapan Jenis kecerdasan tersebut yang meliputi :
• Cerdas bahasa – cerdas dalam mengolah kata
• Cerdas gambar – memiliki imajinasi tinggi
• Cerdas musik – peka terhadap suara dan irama
• Cerdas tubuh – terampil dalam mengolah tubuh dan gerak
• Cerdas matematika dan logika – cerdas dalam sain dan berhitung
• Cerdas interpesonal/sosial – kemampuan tinggi dalam membaca pikiran dan perasaan orang
Lain.
• Cerdas intrapersoanal – kempampuan merefleksi diri.
• Cerdas alam – peka terhadapalam sekitar
Berdasarkan keragaman/kemejemukan kecerdasan yang dimiliki anak didik maka sudah seharusnya para guru dalam kegiatan proses belajar mengajar memperhatikan hal tersebut dan mampu mengembangkan metode pembelajaran yang mengakomodasi setiap jenis kecerdasan yang dimiliki oleh anak didik , meskipun sangat sulit untuk melibatkan kedelapan jenis kecerdasan tersebut dalam suautu pembelajaran namun setidaknya para guru mengetahui hal tersebut dan kalau mungkin dapat melibatkan 3 atau 4 jenis kecerasan dalam kegiatan pembelajarannya.
Kecerdasan seringkali dihubungkjan dengan keberhasilan meskipun bukan satusatunya elemen penetu,namun kecerdasan yang dimaksud disini adalah kemampuan orang mengoptiamlkan kemampuannya untuk dapat mencapai sesuatu sehingga dia dapat mencapat kesuksesan.
Kecerdasan politik berperan penting karena setiap orang menghadapi konflik politik setiap hari dalam kehidupannya. Politik dapat muncul dalam keributan kecil dalam rumah tangga, persaingan antara saudara kandung, kehidupan bertetangga, dan juga di kantor.
Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk menyelaraskan hati dan budi sehingga ia mampu menjadi pemimpin yang berkarakter dan berwatak positip.

B. Saran
1. Adakan seminar tentang kecerdasan oleh seorang pakar psikologi sehingga dapat
memotivasi baik orangtua maupun guru dalam memberikan bimbingan kepada anaknya.
2. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci
utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Maka perlu adanya pembinaan para guru
agar mencerdaskan para peserta didik/pembelajar dengan melibatkan keragaman kecerdasan dalam penyusunan kurikulum sekolah.




DAFTAR PUSTAKA

Http//renggani.blogspot.com/2007/07 Multiple Intelligences-Kecerdasan Mejemuk.html.
Jurnal Pendidikan Penabur,No 04/Th IV/Juli 2005
Mujib,Abdul dan Mudzakir ,Jusuf, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam , Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Priatna,Charlotte, Multiple Intelligences , 1999-2008 Sinode Gepembri –Departemen Literatur-Tanggal Revisi: 31 Maret 2007
Sujanto,Agus, Psikologi Umum , Jakarta: Bumi Aksara,2001
Walgito,Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta:Andi,2004
Wikipedia, File///F./Theory_of_Multiple_Intelligences.htm

UPAYA PENINGKATAN MUTU PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh Drs. Supiya, S.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan dan kurikulum 2004 SMP dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan pedoman umum pengembangan silabus, Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Penerapan Pendidikan Berbasis Kompentensi dalam system pendidikan nasional,

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dan Permen Diknas Nomor 19 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, dimaksud untuk memenuhi aspirasi atau jiwa otonomi dalam bidang pendidikan.

Untuk peningkatan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan, maka semua unsure yang ada di tingkat satuan pendidikan tersebut harus dapat difungsikan secara maksimal, sehingga secara bertahap hasil yang diharapkan akan terwujud. Namun dalam upaya untuk mencapai hasil tersebut tentu mandapat rintangan atau masalah. Selanjutnya agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik, maka perlu dirumuskan dan dibuat program pelaksanaannya yang sesuai dengan visi dan misi sekolah.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana Sekolah Berprestasi, Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berdasarkan Iman dan Taqwa .

3. Strategi Pemecahan Masalah

Adapun Program Strategis untuk mencapai tujuan jangka panjang sekolah selama 5 tahun adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan sikap hidup yang agamis/religius

2. Peningkatan keimanan dan ketakwaan

3. Pengembangan strategi pembelajaran

4. Pengembangan bahan/sumber pembelajaran

5. Peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen pendidikan

6. Pengembangan sistem informasi manajemen pendidikan

7. Pengembangan kurikulum satuan pendidikan

8. Pengembangan sistem penilaian

9. Pengembangan Silabus

10. Peningkatan mutu pelayanan pendidikan

11. Peningkatan mutu tenaga kependidikan

12. Peningkatan kuantitas tenaga kependidikan

13. Peningkatan standar kelulusan

14. Pengembangan standar ketuntasan belajar

15. Peningkatan prestasi akademik

16. Peningkatan dalam prestasi non akademik

BAB II

PEMBAHASAN

1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Pemilihan strategi tersebut adalah mempertimbangan Kondisi dan Perkembangan dunia pendidikan saat ini, terutama perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

2. Hasil Yang dicapai dari Strategi

1) Terlaksananya peningkatan sikap hidup yang agamis/religius

Menjalin kerjasama dengan Komite Sekolah dan stakeholder lain melaksanakan kunjungan ke Pondok pesantren untuk menghasilkan sikap hidup warga sekolah yang agamis/religius.

2) Terlaksananya peningkatan keimanan dan ketakwaan

Menjalin kerjasama dengan Komite Sekolah dan stakeholder lain melaksanakan pesantren kilat dan kegiatan keagamaan lainnya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa..

3) Tercapainya strategi pembelajaran

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah melaksanakan workshop pengembangan strategi pembelajaran untuk menghasilkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

4) Terpenuhinya bahan/sumber pembelajaran

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah serta mengoptimalkan seluruh warga sekolah dalam pengembangan bahan/sumber pembelajaran dengan mengadakan inovasi pembelajaran yang menunjang mutu pembelajaran sehingga menghasilkan bahan/sumber pembelajaran yang sesuai dengan standar nasional.

5) Terlaksananya peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen pendidikan

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah dan instansi terkait dalam meningkatkan mutu kelembagaan dan manajemen sekolah melalui kegiatan kunjungan, studi banding ke instansi lain yang terkait, workshop inovasi untuk menghasilkan manajemen yang sesuai dengan standar nasional

6) Terpenuhinya sistem informasi manajemen pendidikan

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah melaksanakan workshop inovasi pengembangan sistem informasi manajemen untuk menghasilkan sistem informasi manajemen pendidikan sekolah yang sesuai dengan Manajemen Berbasis Sekolah.

7) Terpenuhinya kurikulum satuan pendidikan

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah stakeholder lain dalam melaksanakan pengembangan KTSP melalui peningkatan proses belajar mengajar, studi banding, workshop, lokakarya, seminar untuk menghasilkan KTSP sesuai dengan standar nasional.

8) Terlaksananya sistem penilaian

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah stakeholder lain dalam melaksanakan pengembangan sistem penilaian melalui peningkatan proses belajar mengajar, studi banding, workshop, lokakarya, seminar untuk menghasilkan KTSP sesuai dengan standar nasional.

9) Tersedianya perangkat pembelajaran dan Silabus

Menjalin kerjasama dengan warga sekolah dalam mengoptimalkan proses pembelajaran melalui pembuatan dan pengembangan silabus, model-model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum melalui kegiatan workshop, MGMP, penataran dan pelatihan sehingga dapat memenuhi rencana pengembangan silabus sesuai dengan standar nasional.

10) Terlaksananya peningkatan mutu pelayanan pendidikan

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah dan instansi terkait dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan di sekolah melalui kegiatan kunjungan, studi banding ke instansi lain yang terkait, workshop untuk peningkatan pelayanan yang sesuai dengan standar nasional.

11) Terpenuhinya mutu tenaga kependidikan

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah dan instansi terkait dalam meningkatkan mutu tenaga kependidikan melalui kegiatan kunjungan, studi banding ke instansi lain yang terkait, workshop inovasi, pelatihan atau penataran untuk meningkatakan mutu tenaga kependidikan yang sesuai dengan standar nasional

12) Terpenuhinya tenaga kependidikan

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah dan instansi terkait dalam meningkatkan tenaga kependidikan secara kuantitas sesuai dengan kebutuhan di sekolah.

13) Terpenuhinya mutu kelulusan yang berkualitas

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah stakeholder lain dalam upaya meningkatkan mutu kelulusan melalui peningkatan proses belajar mengajar, mengadakan bimbingan belajar dan try out secara berkesinambungan.

14) Terlaksananya standar ketuntasan belajar

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah stakeholder lain dalam melaksanakan pengembangan sistem penilaian melalui peningkatan proses belajar mengajar, dan melaksanakan kegiatan remedial dan pengayaan secara terus menerus dan terjadwal.

15) Tercapainya prestasi akademik

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah stakeholder lain dalam melaksanakan meningkatkan prestasi akademik melalui peningkatan proses belajar mengajar, melaksanakan evaluasi penilaian secara teratur, mengikuti lomba kegiatan akademik yang dilaksanakan baik didalam maupun di luar sekolah.

16) Tercapaianya prestasi non akademik

Menjalin kerjasama dengan komite sekolah stakeholder lain dalam melaksanakan meningkatkan prestasi non akademik melalui kegiatan ekstra kurikuler, pramuka dan mengikuti lomba kegiatan akademik yang dilaksanakan baik didalam maupun di luar sekolah.

3. Kendala-kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Strategi

3.1 Tujuan Jangka Panjang

a. Warga sekolah memiliki sikap hidup yang agamis/religius

b. Warga sekolah taat dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhan Yang maha Esa

c. Sekolah sudah melaksanakan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan

d. Sekolah sudah memiliki bahan/sumber pembelajaran yang representative sesuai dengan kebutuhan

e. Sekolah melaksanakan peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen pendidikan

f. Sekolah sudah memiliki sistem informasi manajemen pendidikan

g. Sekolah memiliki kurikulum satuan pendidikan untuk kurikulum muatan lokal

h. Sekolah sudah memiliki sistem penilaian

i. Sekolah memiliki Silabus untuk setiap mata pelajaran

j. Sekolah sudah melaksanakan mutu pelayanan pendidikan sesuai standar sekolah nasional

k. Sekolah memiliki tenaga kependidikan yang yang professional dan berkualitas

l. Sekolah memiliki tenaga kependidikan untuk setiap mata pelajaran

m. Sekolah melaksanakan standar kelulusan sesuai dengan standar sekolah nasional

n. Sekolah memiliki standar ketuntasan belajar sesuai dengan standar sekolah nasional

o. Sekolah memiliki siswa yang berprestasi dibidang akademik ditingkat propinsi dan tingkat nasional

p. Ada peningkatan prestasi non akademik melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk skala nasional

3.2. Tujuan Jangka Pendek (1 tahun)

a. Sebanyak 30% siswa muslim dapat membaca Al Quran dengan baik dan benar serta mimiliki siswa yang menjadi finalis dalam perlombaan MTQ di tingkat sekolah

b. Rata-rata Nilai Ujian Nasional sebesar 5,50 dengan tingkat kelulusan 100% serta 60% siswa melanjutkan ke sekolah negeri.

c. Memiliki siswa yang menjadi finalis dalam kejuaraan seni bela diri antar sekolah

d. Sebanyak 20% siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun tertulis

e. Sebanyak 80% guru di sekolah mampu menujukkan kompetensi profesional dalam pendidikan

f. Terpenuhinya sarana pembelajaran yang memadai (ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboraturium, dan ruang multi media pembelajaran ) dalam rangka pelaksanaan pembelajaran kontekstual (CTL) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

3.3 Identifikasi Tantangan Nyata

No

Komponen / Tujuan

Identifikasi Tantangan

Kondisi Nyata

Kondisi Ideal

Tantangan Nyata

1

Sebanyak 30% siswa muslim dapat membaca Al Quran dengan baik dan benar serta mimiliki siswa yang menjadi finalis dalam perlombaan MTQ di tingkat sekolah

Kemandirian berpartisipasi bagi warga sekolah, baru sekitar 40%.

Terwujud kemandirian berpartisipasi bagi warga sekolah, menjadi 60%.

Tantangan nyata dlm. mewujudkan kemandirian berpartisipasi, sebesar 20%.

2

Rata-rata Nilai Ujian Murni sebesar 5,50 dengan tingkat kelulusan 100% serta 60% siswa melanjutkan ke sekolah negeri

Rata-rata nilai prestasi siswa yang ada sebesar 6,2.

Dapat diperoleh rata-rata nilai prestasi siswa, menjadi 6,3.

Tantangan nyata dlm. mewujudkan rata-rata nilai prestasi siswa sebesar 0,1.

3

Memiliki siswa yang menjadi finalis dalam kejuaraan seni bela diri antar sekolah

Rata-rata kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris, baru sekitar 45%.

Rata-rata kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris, dapat ditingkatkan menjadi 46%.

Tantangan nyata dlm. mewujudkan rata-2 kemampuan berbahasa Inggris siswa, sebesar 1%.

4

Sebanyak 20% siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun tertulis

Belum memiliki tim olah raga, kesenian dan pramuka yang dpt. scr. teratur mengadakan latihan/pentas.

Dibentuk 1 tim olah raga dan kesenian, serta kepramukaan yg. dpt. scr. teratur mengadakan latihan/pentas.

Tantangan nyata dlm. mewujudkan tim olah raga, kesenian dan kepramukaan, sebesar 1 tim.

5

Sebanyak 80% guru di sekolah mampu menujukkan kompetensi profesional dalam pendidikan

Rata-rata pemahaman & pelaksanaan kegiatan keagamaan bagi siswa, baru 50%.

Dapat terwujud rata-rata pemahaman & pelaksanaan kegiatan keagamaan bagi siswa, sebesar 60%.

Tantangan nyata dlm. mewujudkan pemahaman dan pelaksanaan kegiatan keagamaan yg. baik bagi siswa, sebesar 10%.

3.4. Sasaran/Tujuan Situasional

Sasaran 1 : Sebanyak 30% siswa muslim dapat membaca Al Quran dengan baik dan benar serta mimiliki siswa yang menjadi finalis dalam perlombaan MTQ di tingkat sekolah

Sasaran 2 : Rata-rata Nilai Ujian Murni sebesar 5,50 dengan tingkat kelulusan 100% serta 60% siswa melanjutkan ke sekolah negeri.

Sasaran 3 : Memiliki siswa yang menjadi finalis dalam kejuaraan seni bela diri Pencak Silat antar sekolah

Sasaran 4 : Sebanyak 20% siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun tertulis

Sasaran 5 : Sebanyak 80% guru di sekolah mampu menujukkan kompetensi profesional dalam pendidikan

4. Faktor – factor Pendukung

Identifikasi Fungsi-Fungsi yang Diperlukan Setiap Sasaran

Berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan sekolah, maka dapat dikemukakan identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk pencapaian tujuan jangka pendek sekolah, yaitu :

Sasaran 1 : Sebanyak 30% siswa muslim dapat membaca Al Quran dengan baik dan benar serta mimiliki siswa yang menjadi finalis dalam perlombaan MTQ di tingkat sekolah

Maka fungsi-fungsi yang diperlukan :

a. Proses Belajar Mengajar dan Kegiatan Praktek Keagamaan

v Pengembangan Iklim

v Keuangan

v Evaluasi

b. Pendukung PBM dan Kegiatan Praktek Keagamaan

v Ketenagaan

v Kesiswaan

v Kurikulum

v Sarana dan Prasarana

v Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Sasaran 2 : Rata-rata Nilai Ujian Murni sebesar 5,50 dengan tingkat kelulusan 100% serta 60% siswa melanjutkan ke sekolah negeri.

Maka fungsi-fungsi yang diperlukan :

a. Proses Belajar Mengajar (PBM)

v Pengembangan Iklim Sekolah

v Evaluasi

b. Pendukung PBM

v Ketenagaan

v Kesiswaan

v Kurikulum

v Perencanaan Pembelajaran

v Sarana dan Prasarana

Sasaran 3 : Memiliki siswa yang menjadi finalis dalam kejuaraan seni bela diri antar sekolah

Maka fungsi-fungsi yang diperlukan :

a. Proses Belajar Mengajar dan Kegiatan Ekstra Kurikuler

v Keuangan

v Pengembangan Iklim

v Evaluasi

b. Pendukung PBM dan Kegiatan Ekstra Kurikuler

v Ketenagaan

v Kesiswaan

v Kurikulum

v Program Kegiatan

v Perencanaan Kegiatan

v Sarana dan Prasarana

v Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Sasaran 4 : Sebanyak 20% siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun tertulis

Maka fungsi-fungsi yang diperlukan :

a. Proses Belajar Mengajar dan Ekstra Kurikuler Pidato Bahasa Inggris

v Pengembangan Iklim

v Keuangan

v Evaluasi

b. Pendukung PBM dan Kegiatan Ekstra Kurikuler Pidato Bahasa Inggris

v Kurikulum

v Ketenagaan

v Kesiswaan

v Program Kegiatan

v Perencanaan Kegiatan

v Sarana dan Prasarana

v Hubungan Sekolah dengan Pihak-pihak yang Terkait

Sasaran 5 : Sebanyak 80% guru di sekolah mampu menujukkan kompetensi profesional dalam pendidikan

Maka fungsi-fungsi yang diperlukan :

a. Efektivitas Kegiatan Sekolah

v Program Kegiatan

v Pelaksanaan kegiatan

v Dukungan Warga Sekolah

v Keamanan Lingkungan Sekolah

v Evaluasi

b. Pendukung Kegiatan Sekolah

v Ketenagaan

v Kesiswaan

v Program Kegiatan

v Perencanaan Kegiatan

v Sarana dan Prasarana

v Hubungan Sekolah dengan Pihak-pihak yang Terkait

5. Alternatif Solusi

1) Memotivasi guru untuk selalu membuat rencana pembelajaran dan melakukan kontrak belajar dengan siswa.

2) Membentuk tim pengembang kurikulum.

3) Mengoptimalkan guru untuk mengikuti Pelatihan Terintegrasi Berbasis Komptensi dan MGMP.

4) Memanfaatkan media mengajar secara optimal.

5) Memberikan bimbingan belajar secara berkelanjutan.

6) Memberikan pembinaan keagamaan secara optimal

7) Menciptakan dan meningkatkan disiplin guru dan siswa.

8) Menggalang hubungan baik dengan semua komponen masyarakat.

9) Menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan siswa, guru dan kepala sekolah.

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL

1. Rumusan Kesimpulan

Untuk tercapainya Sekolah Berprestasi, Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berdasarkan Iman dan Taqwa serta Budaya Bangsa, adalah dengan melaksanakan program-program yang telah dibuat bersama unsur di tingkat satuan pendidikan secara maksimal.

2. Rumusan Rekomendasi Operasional Untuk Implementasi Temuan

Agar dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan berjalan dengan baik, maka perlu dibentuk suatu Tim Pengembang Sekolah yang berfungsi merencanakan, menyusun dan melakukan monitoring serta evaluasi terhadap kegiatan ditingkat satuan pendidikan tersebut.