Senin, 12 Januari 2009

RPP-Himpunan Oleh : Drs. Supiya, S.Pd

TUGAS PESERTA
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU
( P L P G )
RAYON 19 FKIP UNMUL SAMARINDA
Tahap II
Waktu Pelaksanaan 22 s/d 31 Desember 2008



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Disusun Oleh :
Nama : Drs. SUPIYA, S.Pd
Nomor Peserta : 08166009410499
Asal Sekolah : SMP Negeri 11 Samarinda








RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Pertemuan : 1
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Himpunan
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

I. Standar Kompetensi:
4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah.

II. Kompetensi Dasar:
4.1. Memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajiannya.

III. Indikator:
1. Menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk himpunan dan mendata anggotanya
2. Menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan serta notasinya.
3. Mengenal himpunan berhingga dan tak berhingga.

IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk himpunan dan mendata
anggotanya.
2. Siswa dapat menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan serta notasinya.
3. Siswa dapat mengenal himpunan berhingga dan tak berhingga.

V. Materi Ajar
Himpunan dan notasinya serta anggota himpunan. (Lampiran 1.3)

VI. Metode Pembelajaran
Diskusi, ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

VII.Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
Untuk mengawali bab ini, guru menjelaskan maksud dan tujuan materi yang akan
dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Siswa dikondisikan dalam beberapa kelompok diskusi, masing-masing kelompok
terdiri atas 3 – 5 orang.
2. Guru memberikan contoh-contoh himpunan dan penggunaanya dalam kehidupan
sehari-hari dalam suatu forum diskusi.
3. Dengan menggunakan metode tanya jawab menggunakan contoh-contoh, siswa
dibimbing untuk dapat meggolongkan objek-objek dalam himpunan, bagaimana cara
menyatakannya, dan menentukan apakah suatu objek termasuk dalam himpunan
tertentu atau tidak.
4. Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan 6.1 halaman 161 – 162 untuk
mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa. ( Lampiran 1.1 )
5. Dengan diskusi dalam kelompok masing-masing siswa diharapkan dapat:
• menjelaskan pengertian anggota himpunan;
• menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan.
6. Dengan konsep yang sudah diperoleh, siswa diperluas wawasannya dengan beberapa
contoh himpunan berhingga dan tak berhingga. Siswa diminta untuk mendiskusikan
berapa elemen dari himpunan-himpunan tersebut.
7. Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan 6.3 halaman 169 - 170 untuk
mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa. ( Lampiran 1.2 )

C. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai pengertian dan notasi himpunan
serta penyajiannya.
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai pengertian anggota himpunan dan
bagaimana menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan
3. Guru memberikan soal PR (pekerjaan rumah).

VIII. Sumber Belajar dan Alat Peraga
Sumber belajar: Buku Matematika SMP Kelas VII, BSE, halaman 156 – 170.

IX. Penilaian
A. Tes pemberian tugas.
B. Penilaian proses. ( Lampiran 1.1 dan 1.2 )


Mengetahui Samarinda, Desember 2008
Instruktur, Guru / Peserta PLPG,



Drs. Asyril, M.Si Drs. Supiya, S.Pd
NIP. 132002400 No.Peserta : 8166009410499













Lampiran 1.1 (Materi Pokok : Himpunan)
Soal :
1. Kumpulan-kumpulan berikut ini, nyatakan “dapat” atau ”tidak” membentuk suatu himpunan.
a. kumpulan bunga-bunga yang indah.
b. kumpulan siswa-kelas I SMP yang berulang tahun pada tanggal 1 Juli.
c. kumpulan guru-guru SMP yang berusia kurang dari 40 tahun.
d. kumpulan guru-guru SMP yang bijaksana.
e. kumpulan bilangan genap antara 1 dan 10.
f. kumpulan bilangan prima kurang dari 20.
g. kumpulan siswa kelas I SMP yang pandai.
h. kumpulan walimurid SMP yang sabar.
i. kumpulan buku paket matematika SMP.
j. kumpulan orang-orang yang rajin belajar.

2. Diketahui P = {bilangan pembagi dari 24}
Periksalah apakah pernyataan berikut ini benar atau salah.
a. 1  P b. 2  P c. 3  P d. 4  P
e. 5  P f. 6  P g. 8  P h. 9  P
i. 10  P j. 12  P k. 20  P l. 24  P

Jawaban : {}
Diketahui P = {1,2,3,4,6,8,12,24}
1. a. dapat b. dapat c. dapat d. tidak e. dapat f. dapat
g. tidak h. tidak i. dapat j. tidak
2. a. benar b. benar c. benar d. benar e. benar f. benar
g. benar h. salah i. benar j. benar k. salah l. salah
Pedoman Penskoran :
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 22 ) x 100


Lampiran 1.2 (Materi Pokok : Himpunan)

Soal :
1. Tentukan banyak anggota himpunan-himpunan berikut.
a. A= {2, 4, 6, 8, 10, 12}
b. B= {1000}
c. C= Himpunan bilangan cacah yang kurang dari 20.
d. D= {6, 12, 18, . . . , 36}
e. E= Himpunan bilangan prima antara 5 dan 20.

2. Termasuk himpunan berhingga atau tak berhingga, masing-masing himpunan berikut?
a. Himpunan buku dalam satu lemari.
b. Himpunan batu kerikil dalam satu kaleng susu.
c. Himpunan penduduk Indonesia.
d. Himpunan bilangan cacah.
e. Himpunan bilangan bulat yang kurang dari 10.
f. Himpunan murid SMP di Kalimantan Timur
g. Himpunan guru matematika di Samarinda.
h. Himpunan kelipatan 5 dari bilangan asli.

Jawaban :
1. a. n(A) = 6 b. n(B) = 1 c. n(C) = 20 d. n(D) = 6 e. n(E) = 5
2. a. berhingga b.berhingga c.berhingga d. tak berhingga e berhingga
f. berhingga g. berhingga h. Tak berhingga

Pedoman Penskoran:
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 13 ) x 100



Lampiran 1.3 (Materi Pokok : Himpunan)
A. Pengertian Himpunan
Pernahkah kamu melihat pertandingan sepak bola? Apa saja yang dapat kamu lihat dalam suatu pertandingan sepak bola? Di lapangan terdapat bola, gawang pertandingan, rumput lapangan dan lain-lain. Jika kamu perhatikan, di lapangan sepakbola terdapat bermacam-macam kumpulan, antara lain kumpulan:
1.pemain sepakbola
2.wasit pertandingan sepakbola
3.pelatih sepakbola
4.petugas kesehatan sepakbola
5.pemain sepakbola cadangan
6.bola
7.gawang pertandingan
8.rumput lapangan
Jadi, pada umumnya, kita berpikir suatu himpunan sebagai suatu koleksi objek-objek yang memberikan suatu sifat bersama. Misalnya dalam matematika, biasanya untuk memperhatikan, suatu himpunan garis, suatu himpunan segitiga, suatu himpunan bilangan real, dsb.
Dengan demikian, jika kita pergi ke lapangan tempat pertandingan sepakbola kita dapat membentuk, antara lain:
1.Himpunan pemain sepakbola
2.Himpunan wasit sepakbola
3.Himpunan penonton sepakbola
Seperti kita ketahui, jika kita pergi ke lapangan sepakbola kita dapat membentuk beberapa himpunan, antara lain:
Himpunan pemain sepak bola di lapangan itu
Jika kata himpunan kita hapuskan dan kata-kata berikutnya disaji-kan di antara dua kurung kurawal, menjadi: { pemain sepakbola di lapangan itu }
Pernyataan di atas merupakan salah satu cara untuk menyatakan himpunan. Sekarang coba kamu pikirkan dengan teman-temanmu dapatkah kamu membentuk himpunan yang berasal dari:
1.kumpulan murid-murid yang tinggi di kelasmu.
2.kumpulan benda-benda yang mahal.
3.kumpulan guru-guru yang berpenampilan rapi di sekolahmu.
4.kumpulan bunga yang harum.
Untuk memberi nama pada suatu himpunan, pada umumnya digunakan lambang huruf kapital (huruf besar), misalnya: A, B, C, . . .
Perhatikan kembali himpunan pemain sepakbola. Masing-masing pemain yang tergabung di dalamnya disebut anggota atau elemen dari himpunan tersebut. Masing-masing pelatih bukan anggota atau bukan elemen himpunan pemain sepak bola tersebut. Bagaimana dengan setiap penonton sepak-bola, apakah merupakan anggota dari himpunan tersebut?
Jika A = Himpunan murid kelas VII SMP yang sekelas denganmu, maka setiap murid kelas VII SMP yang sekelas denganmu merupakan anggota dari himpunan A tersebut. Sudah tentu setiap murid kelas VIII SMP di sekolahmu bukan anggota dari himpunan A tersebut. Apakah guru-guru yang mengajar di kelasmu merupakan anggota himpunan A tersebut?

Sekarang perhatikan himpunan H = Himpunan hari yang namanya berhuruf awal S.
Hari-hari apa sajakah yang merupakan anggota H?
Hari-hari apa sajakah yang bukan merupakan anggota H?
Untuk menyatakan anggota suatu himpunan digunakan lambang ”” dan untuk menyatakan bukan anggota suatu himpunan digunakan lambang ””
Karena Senin merupakan anggota himpunan H, maka dapat dituliskan: Senin  H
Sedangkan Rabu bukan merupakan anggota himpunan H, maka dapat dituliskan: Rabu  H

B. Himpunan Berhingga dan Tak Beringga

Perhatikan himpunan-himpunan berikut.
1. P= {m, a, t, e, i, k}
2. Q= {1, 3, 5, 7, 9}
3. R= {2, 4, 6, 8, . . . , 20}
4. S= {0, 1, 2, 3, . . .}
5. T= {5, 10, 15, 20, . . .}
Pada himpunan P di atas, semua anggota himpunan didaftar di antara dua kurung kurawal, yaitu m, a, t, e, i, k. Jadi banyak anggota himpunan P ada 6 buah.
Pada himpunan Q di atas, semua anggota himpunan juga didaftar di antara dua kurungkurawal, yaitu 1, 3, 5, 7, 9. Jadi banyak anggota himpunan Q ada 5 buah.Pada himpunan R di atas, tidak semua anggota himpunan didaftar di antara dua kurung kurawal tetapi kita bisa menentukan bilangan yang paling besar sebagai anggo-tanya, yaitu 20. Dengan demikian kita bisa membilang banyak anggotanya. Jika kita urutkan anggotanya mulai dari 2, 4, 6, . . dan berakhir pada 20, dan kita membilang banyak anggotanya, ternyata ada 10.
Himpunan seperti himpunan P, Q, dan R tersebut dinamakan himpunan berhingga.
Jadi, kapan suatu himpunan dikatakan berhingga?

Pada himpunan S dan T di atas, tidak semua anggota-nya didaftar di antara dua kurung kurawal, dan kita tidak dapat menentukan berapa bilangan terbesar yang merupakan anggota himpunan S maupun T. Jadi, jika kita membilang banyak anggotanya, makakita tidak bisa menemukan anggota terakhirnya. Himpunan seperti himpunan S dan T tersebut dinamakan himpunan tak berhingga.
Jadi, kapan suatu himpunan dikatakan tak berhingga?














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Pertemuan : 2
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Himpunan
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

I. Standar Kompetensi:
4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah.

II. Kompetensi Dasar:
4.2. Memahami konsep himpunan bagian.

III. Indikator:
1. Membedakan himpunan kosong dan nol serta notasinya.
2. Menentukan himpunan bagian dan menentukan banyak himpunan bagian suatu himpunan.
3. Mengenal pengertian himpunan semesta, serta dapat menyebutkan anggotanya.

IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membedakan himpunan kosong dan nol serta notasinya.
2. Siswa dapat menentukan himpunan bagian dan menentukan banyak himpunan bagian
suatu himpunan.
3. Siswa dapat mengenal pengertian himpunan semesta, serta dapat menyebutkan
anggotanya.

V. Materi Ajar
1. Himpunan kosong dan himpunan bagian.
2. Himpunan semesta. (lampiran 2.3)

VI. Metode Pembelajaran
Diskusi, ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

VII.Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Guru bersama siswa membahas PR.
2. Siswa diingatkan kembali mengenai pengertian dan notasi himpunan yang
sudah diajarkan sebelumnya.
3. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pemberian materi himpunan bagian.
B. Kegiatan Inti
1. Siswa dikondisikan dalam beberapa kelompok diskusi, masing-masing kelompok terdiri
atas 3 – 5 orang. Guru memberikan contoh-contoh himpunan, kemudian siswa diminta
menentukan anggota dan menghitung elemen dari himpunan tersebut

2. Dengan diskusi dalam kelompok masing-masing siswa diharapkan dapat: menjelaskan
pengertian himpunan kosong;
3. Dari hasil diskusi, siswa diberi pengertian mengenai himpunan bagian dan banyak
himpunan bagian dari suatu himpunan.
4. Siswa secara berkelompok ditugaskan untuk mencari contoh-contoh di kehidupan nyata
mengenai himpunan dan himpunan bagiannya, kemudian mempresentasikan di depan
kelas.
5. Guru meminta siswa untuk mengerjakan beberapa soal latihan 6.4c halaman 180 - 183
untuk mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa. (lampiran 2.1 )
6 .Dengan diskusi dalam kelompok, masing-masing siswa diharapkan dapat menjelaskan
pengertian himpunan semesta.
7. Siswa secara berkelompok ditugaskan untuk mencari contoh-contoh himpunan semesta
dan mempresentasikannya di depan kelas.
8. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal Latihan 6.4a halaman 172 – 173
untuk mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa. ( lampiran 2.2)
C. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai himpunan kosong dan
himpunan bagian.
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi yang diajarkan.
3. Siswa diberi tugas untuk dikerjakan di rumah.

VIII. Sumber Belajar dan Alat Peraga
Sumber belajar: Buku Matematika SMP Kelas VII, BSE, halaman 177 – 183.

IX. Penilaian
A. Hasil pekerjaan rumah baik individu maupun kelompok.
B. Tes pemberian tugas. ( Lampiran 2..1 dan 2.2 )
C. Penilaian proses.


Mengetahui Samarinda, Desember 2008
Instruktur, Guru / Peserta PLPG,



Drs. Asyril, M.Si Drs. Supiya, S.Pd
NIP. 132002400 No.Peserta : 8166009410499









Lampiran 2.1 (Materi Pokok : Himpunan)
Soal :
1. Manakah di antara himpunan-himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong
dan bukan himpunan kosong?
a.Himpunan orang tua siswa yang usianya di bawah 10 tahun.
b.Himpunan bilangan bulat yang tidak ganjil dan tidak genap.
c.Himpunan bilangan prima yang genap.
d. Himpunan peserta PLPG yang usianya tidak lebih dari 14 tahun.

Jawaban :
1. a. Himpunan kosong
b. bukan himpunan kosong
c. bukan himpunan kosong
d. himpunan kosong

Pedoman Penskoran :
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 4) x 100













Lampiran 2.2 (Materi Pokok : Himpunan)
Soal :
1. Sebutkan dua himpunan semesta yang mungkin untuk masing-masing himpunan
berikut ini.
a. K= {kerbau, kuda}.
b. L= {Indonesia, Malaysia, Singapura}.
c. M= {merah, kuning, hijau}.
d. N= {jeruk, mangga, nanas}.
e. O= {Juni, Juli}.
f. P= {ayam, itik, angsa}.
g. Q= {Surabaya, Bandung, Semarang}.
h. R= {SD, SMP, SMA}.
i. S= {pensil, penggaris}.
j. T= Himpunan guru-guru yang mengajar di kelas VII

Jawaban :
1. a. 1. A = {hewan berkaki empat} 2. B = {sapi, kerbau, kambing, kuda}
b. 1. A = {Negara anggota ASEAN} 2. B = {Jepang, Jerman, Indonesia, Malaysia,Singapura}
c. 1. A = {warna pelangi} 2. B = {merah,kuning,hijau,biru}
d. 1. A = {nama buah} 2. B = {pisang,mangga jeruk,nanas}
e. 1. A = {Nama bulan yang dimulai dengan huruf J} 2. B = {Januari,Maret, Juni, Juli}
f. 1. A = {nama-nama unggas} 2. B = {ayam,merpati,itik,angsa}
g. 1. A = {Nama kota di Pulau Jawa} 2. B = {Samarinda,Surabaya,Bandung,Semarang}
h. 1. A = {Nama jenjang pendidikan di Indonesia} 2. B = {TK,SD,SMP.SMA,SMK}
i. 1. A = {Perlengkapan belajar} 2. B = {buku,pensil,spidol,penggaris}
j. 1. A = {guru matematika} 2. B = {guru SMP 11 Samarinda}

Pedoman Penskoran :
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 20) x 100

Lampiran 2.3 (Materi Pokok : Himpunan)
A. Himpunan Kosong
Perhatikan beberapa himpunan berikut.
P = Himpunan siswa kelas VII SMP di sekolahmu yang tingginya lebih dari 5 m.
Q = Himpunan guru di sekolahmu yang berusia kurang dari 10 tahun.
Berapa banyak anggota P?
Berapa pula banyak anggota Q?
Kedua himpunan tersebut tidak mempunyai anggota, bukan? Himpunan seperti P dan Q tersebut disebut himpunan kosong, yang disimbolkan dengan  atau { }.

B. Himpunan Bagian
Perhatikan tiga himpunan berikut.
A = {1, 2, 3, 4},
B = {0, 1, 2}, dan.
C = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Coba selidiki:
a. Apakah setiap anggota A juga merupakan anggota C?
b. Apakah setiap anggota B juga merupakananggota C?
Jawab:
a. Ya, setiap anggota A juga merupakan anggota C, jadi A  C.
b. Tidak semua anggota B juga merupakan anggota C
Berarti: Ada anggota B yaitu 0 yang bukan merupakan anggota C.
Jadi dapat ditulis: 0  B dan 0  C.
Hal ini dikatakan himpunan B bukan himpunan bagian himpunan dari C, ditulis B  C.
Dari contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
Misalkan A dan B himpunan.
1. Himpunan A merupakan himpunan bagian dari B, ditulis A  B, jika setiap
anggota A juga merupakan anggota B.
2. Himpunan A bukan merupakan himpunan bagian dari B, ditulis A  B
jika ada anggota A yang bukan merupakan anggota B.

C. Himpunan Semesta
Misalkan A = {merah, putih}. B = {merah, hijau}. C = {merah, putih, biru}.
Apakah himpunan C memuat semua anggota himpunan A?
Apakah himpunan C memuat semua anggota himpunan B?
Karena C memuat semua anggota A, maka dikata-kan bahwa C merupakan himpunan semesta dari himpunan A. Karena ada anggota B yang tidak termuat pada C, yaitu hijau (h); h  C, maka dikatakan bahwa C bukan himpunan semesta dari himpunan B.

Misalkan kita punya himpunan D = {merah, kuning, putih, ungu}. Apakah D memuat semua anggota A? Jadi, D juga merupakan himpunan semesta dari A. Apakah D memuat semua anggota himpunan B? Karena D tidak memuat semua anggota B, berarti D bukan merupakan himpunan semesta dari himpunan B.
Jadi, jika kita punya himpunan A = { merah, putih }, maka himpunan semesta dari A yang mungkin antara lain:
1.C = { merah, putih, biru }, atau
2.D = { merah, kuning, putih, ungu }.

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa:
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota himpunan yang sedang dibicarakan. Himpunan semesta disebut juga semesta pembicaraan. Himpunan semesta dilambangkan dengan ”S”.






































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Pertemuan : 3
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Himpunan
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

I. Standar Kompetensi:
4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah.

II. Kompetensi Dasar:
4.3. Menyajikan himpunan dengan diagram Venn.

III. Indikator:
1. Mengenal diagram Venn.

IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal diagram Venn

V. Materi Ajar
1. Diagram Venn. (lampiran 3.2)

VI. Metode Pembelajaran
Diskusi, ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

VII.Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa diingatkan kembali pada operasi himpunan yang sudah dipelajari sebelumnya.
3. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pemberian materi diagram Venn.

B. Kegiatan Inti
1. Guru memberikan ceramah mengenai pengertian diagram Venn dan penggunaannya
pada himpunan.
2. Dengan menggunakan contoh-contoh, siswa dibimbing untuk dapat mengaitkan operasi
himpunan yang sudah mereka peroleh dengan diagramVenn sehingga siswa memahami
irisan dan gabungan dua himpunan serta komplemen himpunan menggunakan diagram
Venn.

3. Siswa diminta mengerjakan soal-soal Latihan 6.4b halaman 175 - 177.( Lampiran 3.1 )
C. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang himpunan dengan diagram
Venn.
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi yang diajarkan.


VIII. Sumber Belajar dan Alat Peraga
Sumber belajar: Buku Matematika SMP Kelas VII, BSE, halaman 171 – 177.

IX. Penilaian
A. Hasil pekerjaan rumah baik individu maupun kelompok.
B. Tes pemberian tugas.
C. Penilaian proses. (Lampiran 3.1)


Mengetahui Samarinda, Desember 2008
Instruktur, Guru / Peserta PLPG,



Drs. Asyril, M.Si Drs. Supiya, S.Pd
NIP. 132002400 No.Peserta : 8166009410499























Lampiran 3.1 (Materi Pokok : Himpunan)
Soal :
Gambarlah diagram Venn dari himpunan-himpunan berikut.
1. .S= Himpunan siswa dikelasmu yang nama depannya dengan huruf hidup.
A= Himpunan siswa dikelasmu yang nama depannya dengan huruf O.
B = Himpunan siswa dikelasmu yang nama depannya dengan huruf E.
2. .S= Himpunan bilangan asli.
P = Himpunan bilangan asli kelipatan 2.
Q= Himpunan bilangan asli kelipatan 3.
R = Himpunan bilangan asli kelipatan 4.
3. S= Himpunan bilangan cacah.
K = Himpunan bilangan cacah genap.
L = Himpunan bialngan prima.

Jawaban :
1. 2.





3.





. Pedoman Penskoran :
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 4) x 100

Lampiran 3.2 (Materi Pokok : Himpunan)

Diagram Venn
Cara yang memudahkan kita untuk menyatakan dan melihat hubungan antara beberapa himpunan adalah dengan menggunakan diagram atau gambar himpunan yang disebut dengan diagram Venn.
Dalam membuat suatu diagram Venn, perlu diperhatikanbeberapa hal, antara lain:
1. Himpunan semesta biasanya digambarkan dengan bentuk persegipanjang.
2. Setiap himpunan lain yang sedang dibicarakan digambarkan dengan lingkaran atau
kurva tertutup sederhana.
3. Setiap anggota masing-masing himpunan digambarkan dengan noktah atau titik.
4. Jika banyak anggota himpunannya tak berhingga, maka masing-masing anggota
himpunan tidak perlu digambarkan dengan suatu titik.

Contoh :


















RPP-Himpunan Oleh : Drs. Supiya, S.Pd

TUGAS PESERTA
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU
( P L P G )
RAYON 19 FKIP UNMUL SAMARINDA
Tahap II
Waktu Pelaksanaan 22 s/d 31 Desember 2008



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Disusun Oleh :
Nama : Drs. SUPIYA, S.Pd
Nomor Peserta : 08166009410499
Asal Sekolah : SMP Negeri 11 Samarinda








RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Pertemuan : 1
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Himpunan
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

I. Standar Kompetensi:
4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah.

II. Kompetensi Dasar:
4.1. Memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajiannya.

III. Indikator:
1. Menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk himpunan dan mendata anggotanya
2. Menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan serta notasinya.
3. Mengenal himpunan berhingga dan tak berhingga.

IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk himpunan dan mendata
anggotanya.
2. Siswa dapat menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan serta notasinya.
3. Siswa dapat mengenal himpunan berhingga dan tak berhingga.

V. Materi Ajar
Himpunan dan notasinya serta anggota himpunan. (Lampiran 1.3)

VI. Metode Pembelajaran
Diskusi, ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

VII.Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
Untuk mengawali bab ini, guru menjelaskan maksud dan tujuan materi yang akan
dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Siswa dikondisikan dalam beberapa kelompok diskusi, masing-masing kelompok
terdiri atas 3 – 5 orang.
2. Guru memberikan contoh-contoh himpunan dan penggunaanya dalam kehidupan
sehari-hari dalam suatu forum diskusi.
3. Dengan menggunakan metode tanya jawab menggunakan contoh-contoh, siswa
dibimbing untuk dapat meggolongkan objek-objek dalam himpunan, bagaimana cara
menyatakannya, dan menentukan apakah suatu objek termasuk dalam himpunan
tertentu atau tidak.
4. Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan 6.1 halaman 161 – 162 untuk
mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa. ( Lampiran 1.1 )
5. Dengan diskusi dalam kelompok masing-masing siswa diharapkan dapat:
• menjelaskan pengertian anggota himpunan;
• menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan.
6. Dengan konsep yang sudah diperoleh, siswa diperluas wawasannya dengan beberapa
contoh himpunan berhingga dan tak berhingga. Siswa diminta untuk mendiskusikan
berapa elemen dari himpunan-himpunan tersebut.
7. Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan 6.3 halaman 169 - 170 untuk
mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa. ( Lampiran 1.2 )

C. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai pengertian dan notasi himpunan
serta penyajiannya.
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai pengertian anggota himpunan dan
bagaimana menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan
3. Guru memberikan soal PR (pekerjaan rumah).

VIII. Sumber Belajar dan Alat Peraga
Sumber belajar: Buku Matematika SMP Kelas VII, BSE, halaman 156 – 170.

IX. Penilaian
A. Tes pemberian tugas.
B. Penilaian proses. ( Lampiran 1.1 dan 1.2 )


Mengetahui Samarinda, Desember 2008
Instruktur, Guru / Peserta PLPG,



Drs. Asyril, M.Si Drs. Supiya, S.Pd
NIP. 132002400 No.Peserta : 8166009410499













Lampiran 1.1 (Materi Pokok : Himpunan)
Soal :
1. Kumpulan-kumpulan berikut ini, nyatakan “dapat” atau ”tidak” membentuk suatu himpunan.
a. kumpulan bunga-bunga yang indah.
b. kumpulan siswa-kelas I SMP yang berulang tahun pada tanggal 1 Juli.
c. kumpulan guru-guru SMP yang berusia kurang dari 40 tahun.
d. kumpulan guru-guru SMP yang bijaksana.
e. kumpulan bilangan genap antara 1 dan 10.
f. kumpulan bilangan prima kurang dari 20.
g. kumpulan siswa kelas I SMP yang pandai.
h. kumpulan walimurid SMP yang sabar.
i. kumpulan buku paket matematika SMP.
j. kumpulan orang-orang yang rajin belajar.

2. Diketahui P = {bilangan pembagi dari 24}
Periksalah apakah pernyataan berikut ini benar atau salah.
a. 1  P b. 2  P c. 3  P d. 4  P
e. 5  P f. 6  P g. 8  P h. 9  P
i. 10  P j. 12  P k. 20  P l. 24  P

Jawaban : {}
Diketahui P = {1,2,3,4,6,8,12,24}
1. a. dapat b. dapat c. dapat d. tidak e. dapat f. dapat
g. tidak h. tidak i. dapat j. tidak
2. a. benar b. benar c. benar d. benar e. benar f. benar
g. benar h. salah i. benar j. benar k. salah l. salah
Pedoman Penskoran :
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 22 ) x 100


Lampiran 1.2 (Materi Pokok : Himpunan)

Soal :
1. Tentukan banyak anggota himpunan-himpunan berikut.
a. A= {2, 4, 6, 8, 10, 12}
b. B= {1000}
c. C= Himpunan bilangan cacah yang kurang dari 20.
d. D= {6, 12, 18, . . . , 36}
e. E= Himpunan bilangan prima antara 5 dan 20.

2. Termasuk himpunan berhingga atau tak berhingga, masing-masing himpunan berikut?
a. Himpunan buku dalam satu lemari.
b. Himpunan batu kerikil dalam satu kaleng susu.
c. Himpunan penduduk Indonesia.
d. Himpunan bilangan cacah.
e. Himpunan bilangan bulat yang kurang dari 10.
f. Himpunan murid SMP di Kalimantan Timur
g. Himpunan guru matematika di Samarinda.
h. Himpunan kelipatan 5 dari bilangan asli.

Jawaban :
1. a. n(A) = 6 b. n(B) = 1 c. n(C) = 20 d. n(D) = 6 e. n(E) = 5
2. a. berhingga b.berhingga c.berhingga d. tak berhingga e berhingga
f. berhingga g. berhingga h. Tak berhingga

Pedoman Penskoran:
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 13 ) x 100



Lampiran 1.3 (Materi Pokok : Himpunan)
A. Pengertian Himpunan
Pernahkah kamu melihat pertandingan sepak bola? Apa saja yang dapat kamu lihat dalam suatu pertandingan sepak bola? Di lapangan terdapat bola, gawang pertandingan, rumput lapangan dan lain-lain. Jika kamu perhatikan, di lapangan sepakbola terdapat bermacam-macam kumpulan, antara lain kumpulan:
1.pemain sepakbola
2.wasit pertandingan sepakbola
3.pelatih sepakbola
4.petugas kesehatan sepakbola
5.pemain sepakbola cadangan
6.bola
7.gawang pertandingan
8.rumput lapangan
Jadi, pada umumnya, kita berpikir suatu himpunan sebagai suatu koleksi objek-objek yang memberikan suatu sifat bersama. Misalnya dalam matematika, biasanya untuk memperhatikan, suatu himpunan garis, suatu himpunan segitiga, suatu himpunan bilangan real, dsb.
Dengan demikian, jika kita pergi ke lapangan tempat pertandingan sepakbola kita dapat membentuk, antara lain:
1.Himpunan pemain sepakbola
2.Himpunan wasit sepakbola
3.Himpunan penonton sepakbola
Seperti kita ketahui, jika kita pergi ke lapangan sepakbola kita dapat membentuk beberapa himpunan, antara lain:
Himpunan pemain sepak bola di lapangan itu
Jika kata himpunan kita hapuskan dan kata-kata berikutnya disaji-kan di antara dua kurung kurawal, menjadi: { pemain sepakbola di lapangan itu }
Pernyataan di atas merupakan salah satu cara untuk menyatakan himpunan. Sekarang coba kamu pikirkan dengan teman-temanmu dapatkah kamu membentuk himpunan yang berasal dari:
1.kumpulan murid-murid yang tinggi di kelasmu.
2.kumpulan benda-benda yang mahal.
3.kumpulan guru-guru yang berpenampilan rapi di sekolahmu.
4.kumpulan bunga yang harum.
Untuk memberi nama pada suatu himpunan, pada umumnya digunakan lambang huruf kapital (huruf besar), misalnya: A, B, C, . . .
Perhatikan kembali himpunan pemain sepakbola. Masing-masing pemain yang tergabung di dalamnya disebut anggota atau elemen dari himpunan tersebut. Masing-masing pelatih bukan anggota atau bukan elemen himpunan pemain sepak bola tersebut. Bagaimana dengan setiap penonton sepak-bola, apakah merupakan anggota dari himpunan tersebut?
Jika A = Himpunan murid kelas VII SMP yang sekelas denganmu, maka setiap murid kelas VII SMP yang sekelas denganmu merupakan anggota dari himpunan A tersebut. Sudah tentu setiap murid kelas VIII SMP di sekolahmu bukan anggota dari himpunan A tersebut. Apakah guru-guru yang mengajar di kelasmu merupakan anggota himpunan A tersebut?

Sekarang perhatikan himpunan H = Himpunan hari yang namanya berhuruf awal S.
Hari-hari apa sajakah yang merupakan anggota H?
Hari-hari apa sajakah yang bukan merupakan anggota H?
Untuk menyatakan anggota suatu himpunan digunakan lambang ”” dan untuk menyatakan bukan anggota suatu himpunan digunakan lambang ””
Karena Senin merupakan anggota himpunan H, maka dapat dituliskan: Senin  H
Sedangkan Rabu bukan merupakan anggota himpunan H, maka dapat dituliskan: Rabu  H

B. Himpunan Berhingga dan Tak Beringga

Perhatikan himpunan-himpunan berikut.
1. P= {m, a, t, e, i, k}
2. Q= {1, 3, 5, 7, 9}
3. R= {2, 4, 6, 8, . . . , 20}
4. S= {0, 1, 2, 3, . . .}
5. T= {5, 10, 15, 20, . . .}
Pada himpunan P di atas, semua anggota himpunan didaftar di antara dua kurung kurawal, yaitu m, a, t, e, i, k. Jadi banyak anggota himpunan P ada 6 buah.
Pada himpunan Q di atas, semua anggota himpunan juga didaftar di antara dua kurungkurawal, yaitu 1, 3, 5, 7, 9. Jadi banyak anggota himpunan Q ada 5 buah.Pada himpunan R di atas, tidak semua anggota himpunan didaftar di antara dua kurung kurawal tetapi kita bisa menentukan bilangan yang paling besar sebagai anggo-tanya, yaitu 20. Dengan demikian kita bisa membilang banyak anggotanya. Jika kita urutkan anggotanya mulai dari 2, 4, 6, . . dan berakhir pada 20, dan kita membilang banyak anggotanya, ternyata ada 10.
Himpunan seperti himpunan P, Q, dan R tersebut dinamakan himpunan berhingga.
Jadi, kapan suatu himpunan dikatakan berhingga?

Pada himpunan S dan T di atas, tidak semua anggota-nya didaftar di antara dua kurung kurawal, dan kita tidak dapat menentukan berapa bilangan terbesar yang merupakan anggota himpunan S maupun T. Jadi, jika kita membilang banyak anggotanya, makakita tidak bisa menemukan anggota terakhirnya. Himpunan seperti himpunan S dan T tersebut dinamakan himpunan tak berhingga.
Jadi, kapan suatu himpunan dikatakan tak berhingga?














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Pertemuan : 2
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Himpunan
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

I. Standar Kompetensi:
4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah.

II. Kompetensi Dasar:
4.2. Memahami konsep himpunan bagian.

III. Indikator:
1. Membedakan himpunan kosong dan nol serta notasinya.
2. Menentukan himpunan bagian dan menentukan banyak himpunan bagian suatu himpunan.
3. Mengenal pengertian himpunan semesta, serta dapat menyebutkan anggotanya.

IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membedakan himpunan kosong dan nol serta notasinya.
2. Siswa dapat menentukan himpunan bagian dan menentukan banyak himpunan bagian
suatu himpunan.
3. Siswa dapat mengenal pengertian himpunan semesta, serta dapat menyebutkan
anggotanya.

V. Materi Ajar
1. Himpunan kosong dan himpunan bagian.
2. Himpunan semesta. (lampiran 2.3)

VI. Metode Pembelajaran
Diskusi, ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

VII.Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Guru bersama siswa membahas PR.
2. Siswa diingatkan kembali mengenai pengertian dan notasi himpunan yang
sudah diajarkan sebelumnya.
3. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pemberian materi himpunan bagian.
B. Kegiatan Inti
1. Siswa dikondisikan dalam beberapa kelompok diskusi, masing-masing kelompok terdiri
atas 3 – 5 orang. Guru memberikan contoh-contoh himpunan, kemudian siswa diminta
menentukan anggota dan menghitung elemen dari himpunan tersebut

2. Dengan diskusi dalam kelompok masing-masing siswa diharapkan dapat: menjelaskan
pengertian himpunan kosong;
3. Dari hasil diskusi, siswa diberi pengertian mengenai himpunan bagian dan banyak
himpunan bagian dari suatu himpunan.
4. Siswa secara berkelompok ditugaskan untuk mencari contoh-contoh di kehidupan nyata
mengenai himpunan dan himpunan bagiannya, kemudian mempresentasikan di depan
kelas.
5. Guru meminta siswa untuk mengerjakan beberapa soal latihan 6.4c halaman 180 - 183
untuk mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa. (lampiran 2.1 )
6 .Dengan diskusi dalam kelompok, masing-masing siswa diharapkan dapat menjelaskan
pengertian himpunan semesta.
7. Siswa secara berkelompok ditugaskan untuk mencari contoh-contoh himpunan semesta
dan mempresentasikannya di depan kelas.
8. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal Latihan 6.4a halaman 172 – 173
untuk mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa. ( lampiran 2.2)
C. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai himpunan kosong dan
himpunan bagian.
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi yang diajarkan.
3. Siswa diberi tugas untuk dikerjakan di rumah.

VIII. Sumber Belajar dan Alat Peraga
Sumber belajar: Buku Matematika SMP Kelas VII, BSE, halaman 177 – 183.

IX. Penilaian
A. Hasil pekerjaan rumah baik individu maupun kelompok.
B. Tes pemberian tugas. ( Lampiran 2..1 dan 2.2 )
C. Penilaian proses.


Mengetahui Samarinda, Desember 2008
Instruktur, Guru / Peserta PLPG,



Drs. Asyril, M.Si Drs. Supiya, S.Pd
NIP. 132002400 No.Peserta : 8166009410499









Lampiran 2.1 (Materi Pokok : Himpunan)
Soal :
1. Manakah di antara himpunan-himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong
dan bukan himpunan kosong?
a.Himpunan orang tua siswa yang usianya di bawah 10 tahun.
b.Himpunan bilangan bulat yang tidak ganjil dan tidak genap.
c.Himpunan bilangan prima yang genap.
d. Himpunan peserta PLPG yang usianya tidak lebih dari 14 tahun.

Jawaban :
1. a. Himpunan kosong
b. bukan himpunan kosong
c. bukan himpunan kosong
d. himpunan kosong

Pedoman Penskoran :
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 4) x 100













Lampiran 2.2 (Materi Pokok : Himpunan)
Soal :
1. Sebutkan dua himpunan semesta yang mungkin untuk masing-masing himpunan
berikut ini.
a. K= {kerbau, kuda}.
b. L= {Indonesia, Malaysia, Singapura}.
c. M= {merah, kuning, hijau}.
d. N= {jeruk, mangga, nanas}.
e. O= {Juni, Juli}.
f. P= {ayam, itik, angsa}.
g. Q= {Surabaya, Bandung, Semarang}.
h. R= {SD, SMP, SMA}.
i. S= {pensil, penggaris}.
j. T= Himpunan guru-guru yang mengajar di kelas VII

Jawaban :
1. a. 1. A = {hewan berkaki empat} 2. B = {sapi, kerbau, kambing, kuda}
b. 1. A = {Negara anggota ASEAN} 2. B = {Jepang, Jerman, Indonesia, Malaysia,Singapura}
c. 1. A = {warna pelangi} 2. B = {merah,kuning,hijau,biru}
d. 1. A = {nama buah} 2. B = {pisang,mangga jeruk,nanas}
e. 1. A = {Nama bulan yang dimulai dengan huruf J} 2. B = {Januari,Maret, Juni, Juli}
f. 1. A = {nama-nama unggas} 2. B = {ayam,merpati,itik,angsa}
g. 1. A = {Nama kota di Pulau Jawa} 2. B = {Samarinda,Surabaya,Bandung,Semarang}
h. 1. A = {Nama jenjang pendidikan di Indonesia} 2. B = {TK,SD,SMP.SMA,SMK}
i. 1. A = {Perlengkapan belajar} 2. B = {buku,pensil,spidol,penggaris}
j. 1. A = {guru matematika} 2. B = {guru SMP 11 Samarinda}

Pedoman Penskoran :
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 20) x 100

Lampiran 2.3 (Materi Pokok : Himpunan)
A. Himpunan Kosong
Perhatikan beberapa himpunan berikut.
P = Himpunan siswa kelas VII SMP di sekolahmu yang tingginya lebih dari 5 m.
Q = Himpunan guru di sekolahmu yang berusia kurang dari 10 tahun.
Berapa banyak anggota P?
Berapa pula banyak anggota Q?
Kedua himpunan tersebut tidak mempunyai anggota, bukan? Himpunan seperti P dan Q tersebut disebut himpunan kosong, yang disimbolkan dengan  atau { }.

B. Himpunan Bagian
Perhatikan tiga himpunan berikut.
A = {1, 2, 3, 4},
B = {0, 1, 2}, dan.
C = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Coba selidiki:
a. Apakah setiap anggota A juga merupakan anggota C?
b. Apakah setiap anggota B juga merupakananggota C?
Jawab:
a. Ya, setiap anggota A juga merupakan anggota C, jadi A  C.
b. Tidak semua anggota B juga merupakan anggota C
Berarti: Ada anggota B yaitu 0 yang bukan merupakan anggota C.
Jadi dapat ditulis: 0  B dan 0  C.
Hal ini dikatakan himpunan B bukan himpunan bagian himpunan dari C, ditulis B  C.
Dari contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
Misalkan A dan B himpunan.
1. Himpunan A merupakan himpunan bagian dari B, ditulis A  B, jika setiap
anggota A juga merupakan anggota B.
2. Himpunan A bukan merupakan himpunan bagian dari B, ditulis A  B
jika ada anggota A yang bukan merupakan anggota B.

C. Himpunan Semesta
Misalkan A = {merah, putih}. B = {merah, hijau}. C = {merah, putih, biru}.
Apakah himpunan C memuat semua anggota himpunan A?
Apakah himpunan C memuat semua anggota himpunan B?
Karena C memuat semua anggota A, maka dikata-kan bahwa C merupakan himpunan semesta dari himpunan A. Karena ada anggota B yang tidak termuat pada C, yaitu hijau (h); h  C, maka dikatakan bahwa C bukan himpunan semesta dari himpunan B.

Misalkan kita punya himpunan D = {merah, kuning, putih, ungu}. Apakah D memuat semua anggota A? Jadi, D juga merupakan himpunan semesta dari A. Apakah D memuat semua anggota himpunan B? Karena D tidak memuat semua anggota B, berarti D bukan merupakan himpunan semesta dari himpunan B.
Jadi, jika kita punya himpunan A = { merah, putih }, maka himpunan semesta dari A yang mungkin antara lain:
1.C = { merah, putih, biru }, atau
2.D = { merah, kuning, putih, ungu }.

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa:
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota himpunan yang sedang dibicarakan. Himpunan semesta disebut juga semesta pembicaraan. Himpunan semesta dilambangkan dengan ”S”.






































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Pertemuan : 3
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Himpunan
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

I. Standar Kompetensi:
4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah.

II. Kompetensi Dasar:
4.3. Menyajikan himpunan dengan diagram Venn.

III. Indikator:
1. Mengenal diagram Venn.

IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal diagram Venn

V. Materi Ajar
1. Diagram Venn. (lampiran 3.2)

VI. Metode Pembelajaran
Diskusi, ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

VII.Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa diingatkan kembali pada operasi himpunan yang sudah dipelajari sebelumnya.
3. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pemberian materi diagram Venn.

B. Kegiatan Inti
1. Guru memberikan ceramah mengenai pengertian diagram Venn dan penggunaannya
pada himpunan.
2. Dengan menggunakan contoh-contoh, siswa dibimbing untuk dapat mengaitkan operasi
himpunan yang sudah mereka peroleh dengan diagramVenn sehingga siswa memahami
irisan dan gabungan dua himpunan serta komplemen himpunan menggunakan diagram
Venn.

3. Siswa diminta mengerjakan soal-soal Latihan 6.4b halaman 175 - 177.( Lampiran 3.1 )
C. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang himpunan dengan diagram
Venn.
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi yang diajarkan.


VIII. Sumber Belajar dan Alat Peraga
Sumber belajar: Buku Matematika SMP Kelas VII, BSE, halaman 171 – 177.

IX. Penilaian
A. Hasil pekerjaan rumah baik individu maupun kelompok.
B. Tes pemberian tugas.
C. Penilaian proses. (Lampiran 3.1)


Mengetahui Samarinda, Desember 2008
Instruktur, Guru / Peserta PLPG,



Drs. Asyril, M.Si Drs. Supiya, S.Pd
NIP. 132002400 No.Peserta : 8166009410499























Lampiran 3.1 (Materi Pokok : Himpunan)
Soal :
Gambarlah diagram Venn dari himpunan-himpunan berikut.
1. .S= Himpunan siswa dikelasmu yang nama depannya dengan huruf hidup.
A= Himpunan siswa dikelasmu yang nama depannya dengan huruf O.
B = Himpunan siswa dikelasmu yang nama depannya dengan huruf E.
2. .S= Himpunan bilangan asli.
P = Himpunan bilangan asli kelipatan 2.
Q= Himpunan bilangan asli kelipatan 3.
R = Himpunan bilangan asli kelipatan 4.
3. S= Himpunan bilangan cacah.
K = Himpunan bilangan cacah genap.
L = Himpunan bialngan prima.

Jawaban :
1. 2.





3.





. Pedoman Penskoran :
- Setiap butir jawaban benar diberi skor 1
- Nilai = ( jumlah skor benar : 4) x 100

Lampiran 3.2 (Materi Pokok : Himpunan)

Diagram Venn
Cara yang memudahkan kita untuk menyatakan dan melihat hubungan antara beberapa himpunan adalah dengan menggunakan diagram atau gambar himpunan yang disebut dengan diagram Venn.
Dalam membuat suatu diagram Venn, perlu diperhatikanbeberapa hal, antara lain:
1. Himpunan semesta biasanya digambarkan dengan bentuk persegipanjang.
2. Setiap himpunan lain yang sedang dibicarakan digambarkan dengan lingkaran atau
kurva tertutup sederhana.
3. Setiap anggota masing-masing himpunan digambarkan dengan noktah atau titik.
4. Jika banyak anggota himpunannya tak berhingga, maka masing-masing anggota
himpunan tidak perlu digambarkan dengan suatu titik.

Contoh :

MENGENAL NEGARA NEW MEXICO Oleh : Drs. Supiya, S.Pd

MENGENAL

NEW MEXICO
( Negara Bagian USA )


A. Sejarah berdirinya New Mexico
New Mexico merupakan salah satu dari negara bagian Amerika Serikat, yang saat ini mencapai 50 negara bagian. Negara ini berdiri pada tanggal 9 Januari 1912 dengan ibukotanya Santa Fe.
New Mexico pertamakali ditemukan oleh seorang penjelajah Spanyol mencari emas tahun 1540-1542 yang bernama Francisco Vasques de Coronado. Kemudian mendirikan pemukiman di sepanjang pinggiran sungai Rio Grande yang diberinama Santa Fe. Dan warga yang menempati daerah ini kebanyakan berasal dari pengungsi dari perang Meksiko tahun 1848 – 1853.

B. Lokasi New Mexico
New Mexico merupakan negara bagian amerika serikat berbatasan dengan Colorado (cébela barat laut), Arizona dan Utah (sebelah selatan), Texas dan Oklahoma (sebelah utara), dan Hawai (sebelah timar laut) . Luas daerahnya hádala 314.312 km perseguí.

C. Geografi dan Keunikan New Mexico
New Mexico berada sebagai besar dibantaran sungai Rio Grande yang memiliki ketinggian hampir 1.737 meter dari permukaan laut. Kondisi topografisnya yang ditandai oleh padang pasir yang luas, banyak hutang yang bergunung-gunung seperti gunung Rocky dan gunung Sangre de Cristo. Kemudian disebelah barat daya terdapat dataran tinggi, yang ditumbuhi kaktus, semak, rumput dan gurun. Air langka di wilayah ini dan hujan sedikit turun dan cepat terjadi penguapan.
Sungai Rio Grande dan San Juan digunakan untuk irrigáis yang utama, sedangkan yang lain sebagai irrigáis hádala proyek reklamasi Carlsbad di Fort Sumner, proyek Tucumcari, Proyek Colorado River Basin.
Sejak 1945, New Mexico telah menjadi pemimpin dalam penelitian dan pengembangan energi lengkap dengan percobaan yang dilakukan di Los Alamos dan Sandia Ilmiah Laboratorium dalam nuklir, solar, dan panas bumi daerah.

D. Ekonomi dan Sosial-Budaya New Mexico
Mineral hádala sumber daya alam, dan New Mexico merupakan salah satu yang terbesar dalam menghasilkan uranium dan garam. Minyak bumi, gas alam, tembaga, emas, perak, seng, timah, sebagai sumber pendapatan negara.
Pokok produksi industri termasuk makanan, bahan kimia, peralatan transportasi, kayu, mesin listrik, tanah liat dan batu-produk-kaca. Lebih dari dua pertiga dari New Mexico pendapatan berasal dari produk ternak, khususnya domba. Kapas, pecans, dan sorghum yang paling penting adalah bidang perkebunan. Jagung, kacang tanah, kacang-kacangan, bawang, chilies, lettuce dan juga berkembang.
Wisata termasuk Taman Nasional, prasasti Rock di El Morro Monumen Nasional, di reruntuhan di Fort Union, mementos di Lincoln, dan Gila Cliff rumah Monumen Nasional, Bandelier Monumen Nasional, dan Budaya Nasional Chaco Riwayat taman.
Pertanian di daerah kering, sebagian besar tanaman yang ada dan sorghum butir. Bawang, kentang, dan produk susu juga penting. Selain itu, piñon kacang, kacang-kacangan belang-belang, dan khususnya tanaman chilis adalah karakteristik dari New Mexico. Selain itu juga Pinewood adalah pemimpin kayu komersial.
Sebagian besar dari pendapatan negara berasal dari kekayaan mineral yang cukup besar. New Mexico adalah produsen terkemuka dari bijih uranium, bijih manggan, kalium karbonat, garam, perlite, bijih tembaga, gas alam, berili, dan timah. Minyak bumi dan batu bara yang juga ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil. Pirus dan perak telah digunakan dalam pembuatan perhiasan sejak lama sebelum eksplorasi Eropa.

E. Penduduk New Mexico
Jumlah Penduduk New Mexico berdasarkan sensus penduduk 2000 kurang lebih 1.954.599 jiwa atau peringkat 36 dunia, yang terdiri penduduk laki-laki 49,2% dan penduduk perempuan 50,8 %. Sedangkan berdasarkan ras, kulit putih 66,8 % kulit hitam 1,9 %, Ameritan Indian 9,5 %, Asia 1,1 %, ras lain 17,0 %

F. Pemerintahan
Nama Negara : New Mexico
Singkatan Negara / Kode Pos : NM
Nama Julukan Negara : Land of Enchantment. (Tanah Pesona)
Ibukota Negara : Santa Fe
Nama Gubernur : Hill Richardson
Senator : Jeff Bingaman
Kota Terbesar : Albuquerque
Wilayah : urutan ke 5
Penduduk : urutan ke 36
Kepadatan penduduk : 6 orang/km persegi
Masuk menjadi negara bagian : urutan ke 47, tanggal 6 Januari 1912
Letak astronomis : 31020’ LU – 370 LU dan 1030BB – 1090BB

Alamat / Sumber data :
http://www.intoplease.com/ipa/A0108250.html.
http://www.ocf.berkeley.edu/~celina/history.html.
http://www.governor.state.nm.us/history.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_bagian_di_Amerika_Serikat
http://id.wikipedia.org/wiki/New_Mexico
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=New_Mexico&oldid=1923750























BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar menjadi dewasa dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku. Proses pendidikan manusia terjadi di tiga tempat yaitu di keluarga, sekolah dan masyarakat. Proses pendidikan yang dilakukan dilingkungan keluarga disebut pendidikan informal, yang dilaksanakan disekolah disebut pendidikan formal, dan yang diselenggarakan di masyarakat disebut pendidikan non formal. Dari ketiga lembaga tersebut ternyata pendidikan formal memerlukan persaingan program atau perencanaan yang matang dan materi pembelajaran yang jelas serta proses evaluasi yang terukur. Jiks tidak maka kegiatan pembelajaran manjadi kurang efektif.
Salah satu permasalahan pendidikan formal yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu penjdidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendididkan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untjukmeningkatkan mutu pendidikan nasional misalnya pengembangan kurikulum nasional dan local, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dana perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian bebagai indicator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.

Kasus-kasus yang dialami oleh SMA Negeri di Samarinda, terutama sekolah-sekolah pinggiran dimana mutu lulusannya secara umum masih jauh dari yang diharrapkan. Beberpa komponen di dalammnya belum berfungsi secara optimal, baik komponen Kepala Sekolah, Guru, Pegawai Tata Usaha, Siswa dan komponen lainnya

Sebagai pendidikan yang professional guru harus selalu mendorong dirinya untuk tumbuh dan berkembang serta menguasai berbagai metode dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Oleh karena itu kreatifitas dan inisiatif guru harus didorong dan dimanfaatkan secara kongkrit agar mereka memperoleh pengalaman professional dalam meningkatkan kemampuannya sebagai pendidik yang professional.
Kalau diperhatikan guru-guru SMA Negeri di Kota Samarinda masih jauh dari yang diharapkan, terbukti masih adanya guru yang melakukan hal-hal berikut : cara mengajar yang masih tradisional (anak disuru mencatat buku saja), frekuensi kelas kosong relative tinggi (membktikan guru malas mengajar), guru malasmengoreksi hasil pekerjaan anak, guru membuat nilai hasil evaluasi dengan asal-asalan, dating atau pulang kantor tidak tepat waktu, bahkan kadang-kadang ada guru yang tidak mengadakan evaluasi. Ini semua membuktikan memang kinerja guru tersebut rendah, yang pada akhirnya nanti akan mempengaruhi kualitas pendidikan itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penelitian ini akan mengungkap rendahnya kinerja guru dikaitkan dengan disiplin kerja guru dan iklim kerja guru. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang masalah-masalah yang terjadi pada kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan laar belakang masalah di atas dapat diketahui bahwa banyak hal yang berkaitan dengan kinerja guru. Beberapa factor yang dapat di identifikasi antara lain : (1) apakah kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugasnya dapat meningkatkan kinerja guru ? (2) apakah iklim kerja termasuk didalamnya lingkungan kerja, baik fisik maupun non fisik yang mendukung proses pembelajaran dapat mempengaruhi kinerja guru ?

C. Pembatasan Masalah
Secara tegas masalah penelitian menelaah :
1. Hubungan iklim kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda
2. Hubungan disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda

D. Perumusan Masalah
Bertitik tolak pda uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah diatas, maka masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sbagai berikut :
1. Apakah ada hbungan antara iklim kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda ?
2. Apakah ada hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda ?
3. Apakah ada hubungan antara iklim kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda ?


E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi duania pendidikan pad umumnya dan bagi para guru pada khususnya, yaitu antara lain :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa digunakan oleh para guru sebagai kajian untuk mendalami dan mengembangkan caara-caara meningkatkan disiplin kerja dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
2. Secaa aplikasi, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi Kepala sekolah, guru maupun pengawas untuk dapat meningkatkan iklim kerja yang baik dan disiplin kerja yang tinggi agar kinerja guru semakin baik.
3. Sebagai bahan rujukan maupun bahan pertimbangan sejak awal perlu dilihat kembali tentang keberhasilan guru, mutu guru dan kinerja guru.












BAB II
KERANGKA TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Diskripsi Teoretis
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Peter Hagul , Christ Maning dan Masri Singrimbun dapat disimpulkan teori adalah merupakan serangkaian konsep, definisi dan proporsisi yang salingberkaitan agar dapat memberikan gambaran secara sistematis tentang suatu gejala atau fenomena dari suatu peristiwa yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan atau dengan kata lain teori merupakan suatu acuan dalam mengungkapkan suatu fakta dan suatu peristiwa.

Merujuk pada permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian yaitu tentang Hubungan Iklim Kerja dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Samarinda, maka akan diuraikan lebih lanjut mengenai penyusunan kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis, dimulai dengan penjelasan landasan teori tentang :

1. Kinerja Guru
Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka yang dimaksud dengan kinerja guru adalah intensitas guru dalam melaksanakan mengajar baik dalam kegiatan intra kurikuler maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi kegiatan perencanaan pembelajaran, proses belajar pengajar, evaluasi dan kegiatan dalam rangka peningkatan mengajar guru untuk mencapai daya serap yang tinggi atau meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Iklim Kerja
Dari beberapa uraian yang telah disampaikan oleh para ahli tentang iklim kerja dapat disimpulkan bahwa iklim kerja atau suasana kerja mengandung suatu pengertian hang menjelaskan suatu keadaan atau kondisi dan situasi, dimana suatu kegiatan berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu. Iklim kerja ini dapat diciptakan sesuai dengan keingingan dan tujuan yang akan dicapai oleh unsur-unsur yang ada dalam lingkungan kerja tersebut. Lingkungan kerja yang kondusif sangat membantu berkembangnya iklim kerja yang baik dapat memberikan rasa senang, tentram, nyaman dan dapat menimbulkan kepuasan batin, karena setiap individu merasa punya peran dan perannya itu dapat dihargai oleh orang lain, walaupun rasa puas itu sangat relatif tergantung atas kongruensi antara kepribadian seseorang tersebut dengan lingkungan tempat dia bekerja, dan juga merupakan hasil persepsi mereka terhadap komponen-komponen yang ada dalam unit kerja, yaitu imbalan atau bayaran yang diterima apakah sudah sesuai dengan hasil pekerjaan yang diberikan.

3. Disiplin Kerja
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin kerja adalah ketaatan atau keputusan terhadap perturan pekerjaan, kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai pedoman dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Iklim Kerja dengan kinerja guru
Iklim kerja mamiliki suatu pengertian yang menunjukkan kepada suatu situasi dan kondisi saat melakukan suatu kegiatan dalam lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif akan menciptakan iklim kerja yang baik dan sehat, sehingga memungkinkan setiap personal yang ada akan dalam lingkungan tersebut dapat bekerja dengan baik. Kondusif disini dalam arti suasana yang terjadi memang banar-benar suasana yang diharapkan oleh personil yang ada di dalammnya.
Faktor-faktor lingkungan kerja yang dapat menciptakan iklim kerja yang kondusif meliputi 2 faktor utama, yaitu :
a. Lingkungan fisik, yaitu sararana-prasarana yang terdapat di dalamnya
b. Lingkungan personil, yaitu orang-orang yang bertugas di sekolah, antara lain guru, kepala sekolah, TU dan lain-lain.

Dari kajian diatas, diduga terdapat hubungan yang positif antar iklim kerja dengan kinerja guru. Dengan kata lain semakin baik iklim kerja guru maka semakin tinggi tingkat kinerja guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab.

2. Hubungan disiplin kerja dengan kinerja guru
Inti dari disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang menharuskan orang-orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang berlaku. Guru yang pada dirinya terdapat kesadaran akan adanya aturan dan melaksanakan aturan secara total maka pekerjaan guru tersebut cendrung akan optimal. Dan sebaliknya guru yang mengabaikan dan tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada bahkan tidak peduli terhadap aturan maka hasilnya pun akan mengecewakan. Guru yang seperti ini termasuk guru yang memiliki kinerja kurang baik.

3. Hubungan iklim kerja ddan disiplin kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru
Guru yang memiliki lingkungan kerja yang nyaman dan bertindak disiplin dalam pekerjaannya akan menghasilkan kinerja yang lebih baik/maksimal dibanding dengan guru yang tidak memiliki kedisiplinan dalam bekerja ditempat yang kurang menyenangkan. Dari keterangan tersebut dapat diungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara iklim kerja dan disiplin kerja secara bersama dengan kinerja guru. Dengan kata lain semakin baik iklim kerja dan disiplin kerja maka semkin tinggi tingkat kinerja guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

C. Pengajuan Hipotesis
Berdasrkan kerangka berfikir sebagaimana telah dikemukakan di atas maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif antara iklim kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda
2. Terdapat hubungan positif antara disiplin antara disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda
3. Terdapat hubungan positif antara iklim kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda.







BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji masalah-masalah yang telah dirumuskan, yaitu untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara iklim kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Samarinda. Secara khusus penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeeri di Kota Samarinda
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada SMA Negeri di Kota Samarinda. Dilaksanakan pada bulan Desember 2005. Sebelum pengambilan data dilapangan terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan seperti mengurus ijin untuk ujicoba instrumen penelitian, pelaksanaan ujicoba instrumen, uji validitas dan reliabilitas instrumen, sertapenyempurnaan instrumen untuk dijadikan instrumen baku dalam pengumpulan data.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Ssurvey Dengan Teknik Korelasional. Teknik ini dilakukan untujk menganalisis hubungan antara dua variabel bebas, yaitu iklim kerja guru ( X1 ) dan disiplin kerja guru ( X2 ) serta variabel terikat yaitu kinerja guru (Y)

D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Subyek penelitian yang diambil dalam peneltian ini adalah guru-guru SMA Negeri di Kota Samarinda pada tahun 2005/2006, sedangkan populasi terjangkaunya adalah guru-guru yang mengajar di SMA Negeri di Kecamatan Samarinda utara, Samarinda Ulu dan Samarinda Ilir. SMA Negeri yang berada di wilayah tersebut sebanyak 7 SMA Negeri yang meliputi : SMA Negeri 1 Samarinda (67 guru), SMA Negeri 2 Samarinda (64 guru), SMA Negeri 3 Samarinda (55 guru), SMA Negeri 5 Samarinda ( 62 guru ), SMA Negeri 8 Samarinda ( 42 guru ), SMA Negeri 9 Samarinda ( 27 guru ) dan SMA Negeri 12 Samarinda ( 19 guru ), semuanya berjumlah 336 guru.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Proporsional Random Sampling. Teknik Proporsional digunakan untuk menentukan agar banyaknya sampel yang diambil dari populasi pada tiap-tiap SMA seimbang. Sedangkan untjkmenentjkan guru yangmenjadi sampel penelitian ditentukan dengan teknik random.

Dari uraian di atas maka penelitian ini kemudian menentkan jumlah sampel sebanyak 25 % dari populasi atau 84 orang, dengan pertimbangan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Setelah pengambilan data dilapangan ternyata yang mengembalikan instrumen hanya 71 orang, sehingga sampel yang diperhitungkan dalam penelitian ini sebanyak 71 orang atau 21 % dari populasi.















BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Deskripsi data hasil penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai penyebaran/distribusi data, baik berupa ukuran gejala pusat, ukuran letak maupun distribusi frekuensi. Berdarakan banyaknya variabel dan merujuk kepada masalah peneltian, maka deskripsi data dapat dikelompokan menjadi tuga bagian, yaitu :
1. variabel kinerja guru
2. variabel iklim kerja guru
3. variabel disiplin kerja guru

Uraian singkat hasil perhitungan sttistik deskriftif tersebut akan dikemukakan pada bagian berikut :
1. Variabel kinerja guru (Y)
Responden yang disajikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang skor variabel kinerja guru (Y) berkisar antara 71 hingga 84 dengan rata-rata skor 78,13 dan simpangan baku 3,48. Skor variabel kinerja guru yang sering muncul adalah 79,39,sementara nilai sentral berada pada skor 78,63.

2. Variabel Iklim kerja guru (X1)
Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentng skor variabel iklim kerja guru (X1) berkisar antara 94 hingga 113 dengan rata-rata skor 204,52 dan simpangan baku 5,25. Skor variabel iklim keerja guru yang sering muncul adalah 104,14 sementara nilai sentral berada pada skor 104,50.

3. Variabel Disiplin kerja guru (X2)
Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentng skor variabel disiplin kerja guru (X2) berkisar antara 64 hingga 81 dengan rata-rata skor 73,17 dan simpangan baku 4,92. Skor variabel iklim keerja guru yang sering muncul adalah 76 sementara nilai sentral berada pada skor 73,68.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini menyangkut dua hal yaitu diskrifsi hasil analisis tiap variabel dan hasil analisis korelasi antar variabel penelitian. Hasil analisis deskriftif variable menunjukkan bahwa :
1. Diperoleh skor terendah responden untujk variable kinerja guru ádalah 71 dan skor tertinggi responden adalah 84. rata-rata skor responden adalah 78,13 dengan stándar deviasi sebesar 3,48, sementara skor responden yang sering muncul hádala 79,39.
2. Diperoleh skor terendah responden untuk variable iklim kerja adalah 94 dan skor tertinggi responden ádalah 113. rata-rata skor responden adalah 104,50 dengan stándar deviasi sebesar 5,29, sementara skor responden yang sering muncul adalah 104,14.
3. Diperoleh skor terendah responden untuk variable disiplin kerja guru adalah 71 dan skor tertinggi responden adalah 81. rata-rata skor responden adalah 73,17 dengan stándar deviasi sebesar 4,92 sementara skor responden yang sering muncul adalah 76,00.

Hasil analisis hubungan antar variable adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara Iklim kerja guru dengan kinerja guru.
Analisis hasil penelitian terhadap hubungan antara iklim kerja guru dengan kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,64. Dan hal ini juga menggambarkan bahwa jika semakin tinggi skor iklim kerja maka semakin tinggi pula kinerja guru.

2. Hubungan antara Disiplin kerja guru dengan Kinerja guru
Analisis hasil penelitian terhadap hubungan antara disiplin kerja guru dengan kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,67. Dan hal ini juga menggambarkan bahwa jika semakin tinggi skor disiplin kerja maka semakin tinggi pula kinerja guru.

3. Hubungan antara iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dengan kinerja guru
Analisis hasil penelitian terhadap hubungan antara iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dengan kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,59. Sementara kontribusi yang diberikan oleh kedua variabel bebas adalah 35%. Artinya bahwa penurunan dan peningkatan variabel kinerja guru 35% ditentukan secara bersama oleh variabel iklim kerja dan disiplin kerja guru yang mengikuti persamaan garis
Y = 23,25 + 0,28X1 + 0,35X2




























BAB IV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan tentang hubungan iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Samarinda dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara iklim kerja guru dengan kinerja guru, yang ditunjukkan oleh persamaan garis Y = 33,06 + 0,43 X1. Ini artinya semakin tinggi skor iklim kerja guru maka semakin tinggi pula kinerja guru.
2. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara disiplin kerja guru dengan kinerja guru, yang ditunjukkan oleh persamaan garis Y = 41,96 + 0,49 X2. Ini artinya semakin tinggi skor disiplin kerja guru maka semakin tinggi pula kinerja guru.
3. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dengan kinerja guru, yang ditunjukkan oleh persamaan garis Y = 23,25 + 0,28 X1 + 0,35 X2. Ini artinya secara keseluruhan variabel iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja guru sebesar 35%

B. Implikasi
Temuan dalam penelitian ini memberikan makna bahwa upaya dalam meningkatkan kinerja guru tidak terlepas dri adanya upaya untuk menciptakan iklim kerja guru yang kondusif dan disiplin kerja yang tinggi.
Berikut akan dikemjukakan upaya yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja gutu melalui upaya peningkatan iklim kerja guru dan disiplin kerja guru.
1. Upaya meningkatkan kinerja guru melalui peningkatan iklim kerja guru
a. Mengikutsertakan guru dalam mengambil kebijakan sekolah
b. Melakukan pertemuan secara berkala kepada seluruh guru dan staf tata usaha guna
melakukan evaluasi diri
c. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
2. Upaya meningkatkan kinerja guru melalui peningkatan disiplin kerja
a. Sosialisasikan Rencana Program sekolah kepada guru dan staf
b. Laksanakan program pembinaan dan pengembangan guru dan staf
c. Tingkatkan kesejahteraan guru dan staf

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, diajukan beberapa saran sehubungan dengan upaya meningkatkan kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Samarinda sebagai berikut :
1. Faktor iklim kerja dan disiplin kerja guru terbukti memiliki hubungan yang erat dengan kinerja guru, oleh karena itu disarankan kepada kepala sekolah SMA Negeri di Kota Samarinda untuk senantiasa mempeerhatikan kedua faktor tersebut.
2. Disadari bahwa penelitian ini masih memiliki berbagai keterbatasan, oleh karena itu dianjurkan bagi penelitian lanjutan untuk lebih memperbanyak jumlah sampel dan menggunakan insrumen penelitian yang lebih bervariasi.






ALIRAN-ALIRAN PRNDIDIKAN Oleh : Drs. Supiya, S.Pd

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN


Oleh :
Drs. Supiya, S.Pd
Guru SMP Negeri 11 Samarinda






BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Pendidikan
Ditinjau dari sudut hukum pendidikan berdasarkan undang-undang RI. Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 mengatakan “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dan pada Bab III menjelaskan bahwa Prinsip Penyelengggraan Pendidikan dalam Pasal 4 mengatakan:
1. Pendidikan disenggarakan secara demokorasi dan berkeadilan serta tidak diskriminasi dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural dan kemajemukan bangsa;
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatu keastuan yang sistemik dengan sistim terbuka dan multimakna;
3. Pendidikan disenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat;
4. Pndidikan disenggarakan dengan memberi keteladanan membagun kemauan, dan mengembangkan kretivitas peserta didik dalam proses pembelajran;
5. Pendidikan disenggarakan denagn mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung gabi segenap warga masyarakat;
6. Pendidikan disenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Dengan ditetapkan dengan bebepa prinsip pendidikan tersebut diatas, maka pemerintah tetap mengacu pada sistim pendidikan nasional. Dan ada bebepa aliran pendidikan antara lain: Aliran Empirisme, Aliran Nativisme, Aliran Naturalisme, Aliran Konvergensi, Aliran Progresivisme, Aliran Esensialisme, dan lain-lain

B. Tujuan Pendidikan
1. Tujuan pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang.
2. Bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
B. Ruang Lingkup
Dilihat dari segi aliran pendidikan ada beberapa aliran sepeerti yang termuat paragraph pendahuluan, namun penulis hanya mengulas 4 aliran pendidikan diantaranya adalah :
1. Aliran Perenialisme
2. Aliran Essensialisme
3. Aliran Progressivisme
4. Aliran Rekonstruksionisme



BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Perenialisme
Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
Dengan mengembalikan keadaan masa lampau ini, kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang. Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, di mana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan.
Menurut Aristoteles Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang
1. Pandangan perenialisme
Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh, pengetahuan merupakan modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan.

2. Penerapan dibidang Pendidikan.
Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau.
Dengan mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal tersebut, yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai
dua keuntungan yakni:
1. Anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau yang telah dipikirkan oleh orang-orang besar.
2. Mereka memikirkan peristiwa-peristiwa penting dan karya ¬karya erkenal tersebut untuk diri sendiri dan sebagai bahan pertimbangan (reverensi) zaman sekarang.

Sekolah sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anak didik ke arah kemasakan melalui akalnya dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan sebagai tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana tugas pendidiklah yang memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Faktor keberhasilan anak dalam akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.

B. Aliran Essensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tatanan yang jelas
Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak pada abad pertengahan
1. Ciri-ciri Filsafat Pendidikan Esesensialisme, yang disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut :
a) Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.
b) Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spesies manusia.
c) Oleh karena kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan individu maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu yang dicapai melalui perjuangan, tidak pernah merupakan pemberian.
d) Esesensialisme menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah. Apabila terdapat sebuah pertanyaan di masa lampau tentang jenis teori pendidikan yang diperlukan sejumlah kecil masyarakat demokrasi di dunia, maka pertanyaan tersebut tidak ada lagi pada hari ini
2. Pandangan Esesensialisme Mengenai Belajar
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Pandangan Immanuel Kant, bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera merperlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu engan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
3. Pandangan Esesensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik.
4. Tujuan Esesensialisme
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan sebagainya

C. Aliran Progressivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi. Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia
Progressivisme dinamakan environmentalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian.
Dalam pendapat lain, pragmatisme berpendapat bahwa suatu keterangan itu benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan realitas, atau suatu keterangan akan dikatakan benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan kenyataan. Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi: Ilmu Hayat, bahwa manusia untuk mengetahui kehidupan semua masalah. Antropologi yaitu bahwa manusia mempunyai pengalaman, pencipta budaya, dengan demikian dapat mencari hal baru.. Psikologi yaitu manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan, dan pengalaman-pengalamannya, sifat-sifat alam, dapat menguasai dan mengaturnya.
Menurut John Dewey, William Kilpatrick, George Count, dan Harold Rugg diawal abat 20 Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar "dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya
Progressivisme merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat sekitar abad ke-20. John S. Brubaeher, mengatakan bahwa filsafat progressivisme bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang di perkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1885 1952), yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Didalam banyak hal progressivisme identik dengan pragmatisme. Oleh karena itu apabila orang menyebut pragmatisme, maka berarti sama dengan Filsafat progressivisme. sama dengan pragmatisme
Filsafat progresivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir (man's natural powers). Maksudnya adalah manusia sejak lahir telah membawa bakat dan kemampuan (predisposisi) atau potensi (kemampuan) dasar terutama daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia akan dapat mengatasi segala problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. Sehubungan dengan itu Wasty Soemanto menyatakan bahwa daya akal sama dengan intelegensi, di mana intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan-pemecahan masalah.
3. Pandangan Progresivisme dan Penerapan di Bidang Pendidikan.
filsafat progresivisme memandang tentang kebudayaan bahwa budaya sebagai hasil budi manusia, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai usaha manusia yang merupakan refleksi dari kebudayaan itu haruslah sejiwa dengan kebudayaan ini.

Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhimya akan dapat memberikan warna dan corak dari output (keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik) adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompetitif, insiatif, adaptif dan kreatif sanggup menjawab tantangan zaman. Pandangan Pendidikan ada dua adalah:
a. Pandangan Azas Belajar
belajar, filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempuyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problema-problemanya.
b. Pandangan Kurikulum
W.H Kilpatrick mengatakan, suatu kurikulum yang dianggap baik didasarkan
atas tiga prinsip:
1. Meningkatkan kualitas hidup anak didik pada tiap jenjang.
2. Menjadikan kehidupan aktual anak ke arah perkembangan dalam suatu
kehidupan yang bulat dan menyeluruh.
3. Mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas keberhasilan sekolah sehingga anak didik dapat berkembang dalam kemampuannya yang aktual untuk aktif memikirkan hal-hal baru

D. Aliran Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggeris rekonstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme berupaya mem¬bina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Untuk mencapai tujuannya aliran rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia atau orang, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru
1. Pandangan Rekonstrksionisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa., membina manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga anak didik terbentuk suatu dunia baru
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu
E. Kesimpulan

Setelah penjelasan dari beberapa aliran tentang pendidikan dapat menarik suatu kesimpulan bahwa:
Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran.. Pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh,
Pengetahuan merupakan modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera merperlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.

Pendidikan sebagai alat untuk memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhimya akan dapat memberikan warna dan corak dari output (keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik). Membina manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga anak didik terbentuklah dunia baru

KINERJA GURU Oleh : Drs. Supiya, S.Pd

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar menjadi dewasa dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku. Proses pendidikan manusia terjadi di tiga tempat yaitu di keluarga, sekolah dan masyarakat. Proses pendidikan yang dilakukan dilingkungan keluarga disebut pendidikan informal, yang dilaksanakan disekolah disebut pendidikan formal, dan yang diselenggarakan di masyarakat disebut pendidikan non formal. Dari ketiga lembaga tersebut ternyata pendidikan formal memerlukan persaingan program atau perencanaan yang matang dan materi pembelajaran yang jelas serta proses evaluasi yang terukur. Jiks tidak maka kegiatan pembelajaran manjadi kurang efektif.
Salah satu permasalahan pendidikan formal yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu penjdidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendididkan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untjukmeningkatkan mutu pendidikan nasional misalnya pengembangan kurikulum nasional dan local, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dana perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian bebagai indicator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.

Kasus-kasus yang dialami oleh SMA Negeri di Samarinda, terutama sekolah-sekolah pinggiran dimana mutu lulusannya secara umum masih jauh dari yang diharrapkan. Beberpa komponen di dalammnya belum berfungsi secara optimal, baik komponen Kepala Sekolah, Guru, Pegawai Tata Usaha, Siswa dan komponen lainnya

Sebagai pendidikan yang professional guru harus selalu mendorong dirinya untuk tumbuh dan berkembang serta menguasai berbagai metode dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Oleh karena itu kreatifitas dan inisiatif guru harus didorong dan dimanfaatkan secara kongkrit agar mereka memperoleh pengalaman professional dalam meningkatkan kemampuannya sebagai pendidik yang professional.
Kalau diperhatikan guru-guru SMA Negeri di Kota Samarinda masih jauh dari yang diharapkan, terbukti masih adanya guru yang melakukan hal-hal berikut : cara mengajar yang masih tradisional (anak disuru mencatat buku saja), frekuensi kelas kosong relative tinggi (membktikan guru malas mengajar), guru malasmengoreksi hasil pekerjaan anak, guru membuat nilai hasil evaluasi dengan asal-asalan, dating atau pulang kantor tidak tepat waktu, bahkan kadang-kadang ada guru yang tidak mengadakan evaluasi. Ini semua membuktikan memang kinerja guru tersebut rendah, yang pada akhirnya nanti akan mempengaruhi kualitas pendidikan itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penelitian ini akan mengungkap rendahnya kinerja guru dikaitkan dengan disiplin kerja guru dan iklim kerja guru. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang masalah-masalah yang terjadi pada kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan laar belakang masalah di atas dapat diketahui bahwa banyak hal yang berkaitan dengan kinerja guru. Beberapa factor yang dapat di identifikasi antara lain : (1) apakah kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugasnya dapat meningkatkan kinerja guru ? (2) apakah iklim kerja termasuk didalamnya lingkungan kerja, baik fisik maupun non fisik yang mendukung proses pembelajaran dapat mempengaruhi kinerja guru ?

C. Pembatasan Masalah
Secara tegas masalah penelitian menelaah :
1. Hubungan iklim kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda
2. Hubungan disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda

D. Perumusan Masalah
Bertitik tolak pda uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah diatas, maka masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sbagai berikut :
1. Apakah ada hbungan antara iklim kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda ?
2. Apakah ada hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda ?
3. Apakah ada hubungan antara iklim kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda ?


E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi duania pendidikan pad umumnya dan bagi para guru pada khususnya, yaitu antara lain :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa digunakan oleh para guru sebagai kajian untuk mendalami dan mengembangkan caara-caara meningkatkan disiplin kerja dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
2. Secaa aplikasi, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi Kepala sekolah, guru maupun pengawas untuk dapat meningkatkan iklim kerja yang baik dan disiplin kerja yang tinggi agar kinerja guru semakin baik.
3. Sebagai bahan rujukan maupun bahan pertimbangan sejak awal perlu dilihat kembali tentang keberhasilan guru, mutu guru dan kinerja guru.












BAB II
KERANGKA TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Diskripsi Teoretis
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Peter Hagul , Christ Maning dan Masri Singrimbun dapat disimpulkan teori adalah merupakan serangkaian konsep, definisi dan proporsisi yang salingberkaitan agar dapat memberikan gambaran secara sistematis tentang suatu gejala atau fenomena dari suatu peristiwa yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan atau dengan kata lain teori merupakan suatu acuan dalam mengungkapkan suatu fakta dan suatu peristiwa.

Merujuk pada permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian yaitu tentang Hubungan Iklim Kerja dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Samarinda, maka akan diuraikan lebih lanjut mengenai penyusunan kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis, dimulai dengan penjelasan landasan teori tentang :

1. Kinerja Guru
Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka yang dimaksud dengan kinerja guru adalah intensitas guru dalam melaksanakan mengajar baik dalam kegiatan intra kurikuler maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi kegiatan perencanaan pembelajaran, proses belajar pengajar, evaluasi dan kegiatan dalam rangka peningkatan mengajar guru untuk mencapai daya serap yang tinggi atau meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Iklim Kerja
Dari beberapa uraian yang telah disampaikan oleh para ahli tentang iklim kerja dapat disimpulkan bahwa iklim kerja atau suasana kerja mengandung suatu pengertian hang menjelaskan suatu keadaan atau kondisi dan situasi, dimana suatu kegiatan berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu. Iklim kerja ini dapat diciptakan sesuai dengan keingingan dan tujuan yang akan dicapai oleh unsur-unsur yang ada dalam lingkungan kerja tersebut. Lingkungan kerja yang kondusif sangat membantu berkembangnya iklim kerja yang baik dapat memberikan rasa senang, tentram, nyaman dan dapat menimbulkan kepuasan batin, karena setiap individu merasa punya peran dan perannya itu dapat dihargai oleh orang lain, walaupun rasa puas itu sangat relatif tergantung atas kongruensi antara kepribadian seseorang tersebut dengan lingkungan tempat dia bekerja, dan juga merupakan hasil persepsi mereka terhadap komponen-komponen yang ada dalam unit kerja, yaitu imbalan atau bayaran yang diterima apakah sudah sesuai dengan hasil pekerjaan yang diberikan.

3. Disiplin Kerja
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin kerja adalah ketaatan atau keputusan terhadap perturan pekerjaan, kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai pedoman dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Iklim Kerja dengan kinerja guru
Iklim kerja mamiliki suatu pengertian yang menunjukkan kepada suatu situasi dan kondisi saat melakukan suatu kegiatan dalam lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif akan menciptakan iklim kerja yang baik dan sehat, sehingga memungkinkan setiap personal yang ada akan dalam lingkungan tersebut dapat bekerja dengan baik. Kondusif disini dalam arti suasana yang terjadi memang banar-benar suasana yang diharapkan oleh personil yang ada di dalammnya.
Faktor-faktor lingkungan kerja yang dapat menciptakan iklim kerja yang kondusif meliputi 2 faktor utama, yaitu :
a. Lingkungan fisik, yaitu sararana-prasarana yang terdapat di dalamnya
b. Lingkungan personil, yaitu orang-orang yang bertugas di sekolah, antara lain guru, kepala sekolah, TU dan lain-lain.

Dari kajian diatas, diduga terdapat hubungan yang positif antar iklim kerja dengan kinerja guru. Dengan kata lain semakin baik iklim kerja guru maka semakin tinggi tingkat kinerja guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab.

2. Hubungan disiplin kerja dengan kinerja guru
Inti dari disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang menharuskan orang-orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang berlaku. Guru yang pada dirinya terdapat kesadaran akan adanya aturan dan melaksanakan aturan secara total maka pekerjaan guru tersebut cendrung akan optimal. Dan sebaliknya guru yang mengabaikan dan tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada bahkan tidak peduli terhadap aturan maka hasilnya pun akan mengecewakan. Guru yang seperti ini termasuk guru yang memiliki kinerja kurang baik.

3. Hubungan iklim kerja ddan disiplin kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru
Guru yang memiliki lingkungan kerja yang nyaman dan bertindak disiplin dalam pekerjaannya akan menghasilkan kinerja yang lebih baik/maksimal dibanding dengan guru yang tidak memiliki kedisiplinan dalam bekerja ditempat yang kurang menyenangkan. Dari keterangan tersebut dapat diungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara iklim kerja dan disiplin kerja secara bersama dengan kinerja guru. Dengan kata lain semakin baik iklim kerja dan disiplin kerja maka semkin tinggi tingkat kinerja guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

C. Pengajuan Hipotesis
Berdasrkan kerangka berfikir sebagaimana telah dikemukakan di atas maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif antara iklim kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda
2. Terdapat hubungan positif antara disiplin antara disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda
3. Terdapat hubungan positif antara iklim kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda.







BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji masalah-masalah yang telah dirumuskan, yaitu untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara iklim kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Samarinda. Secara khusus penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeeri di Kota Samarinda
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota Samarinda.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada SMA Negeri di Kota Samarinda. Dilaksanakan pada bulan Desember 2005. Sebelum pengambilan data dilapangan terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan seperti mengurus ijin untuk ujicoba instrumen penelitian, pelaksanaan ujicoba instrumen, uji validitas dan reliabilitas instrumen, sertapenyempurnaan instrumen untuk dijadikan instrumen baku dalam pengumpulan data.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Ssurvey Dengan Teknik Korelasional. Teknik ini dilakukan untujk menganalisis hubungan antara dua variabel bebas, yaitu iklim kerja guru ( X1 ) dan disiplin kerja guru ( X2 ) serta variabel terikat yaitu kinerja guru (Y)

D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Subyek penelitian yang diambil dalam peneltian ini adalah guru-guru SMA Negeri di Kota Samarinda pada tahun 2005/2006, sedangkan populasi terjangkaunya adalah guru-guru yang mengajar di SMA Negeri di Kecamatan Samarinda utara, Samarinda Ulu dan Samarinda Ilir. SMA Negeri yang berada di wilayah tersebut sebanyak 7 SMA Negeri yang meliputi : SMA Negeri 1 Samarinda (67 guru), SMA Negeri 2 Samarinda (64 guru), SMA Negeri 3 Samarinda (55 guru), SMA Negeri 5 Samarinda ( 62 guru ), SMA Negeri 8 Samarinda ( 42 guru ), SMA Negeri 9 Samarinda ( 27 guru ) dan SMA Negeri 12 Samarinda ( 19 guru ), semuanya berjumlah 336 guru.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Proporsional Random Sampling. Teknik Proporsional digunakan untuk menentukan agar banyaknya sampel yang diambil dari populasi pada tiap-tiap SMA seimbang. Sedangkan untjkmenentjkan guru yangmenjadi sampel penelitian ditentukan dengan teknik random.

Dari uraian di atas maka penelitian ini kemudian menentkan jumlah sampel sebanyak 25 % dari populasi atau 84 orang, dengan pertimbangan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Setelah pengambilan data dilapangan ternyata yang mengembalikan instrumen hanya 71 orang, sehingga sampel yang diperhitungkan dalam penelitian ini sebanyak 71 orang atau 21 % dari populasi.















BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Deskripsi data hasil penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai penyebaran/distribusi data, baik berupa ukuran gejala pusat, ukuran letak maupun distribusi frekuensi. Berdarakan banyaknya variabel dan merujuk kepada masalah peneltian, maka deskripsi data dapat dikelompokan menjadi tuga bagian, yaitu :
1. variabel kinerja guru
2. variabel iklim kerja guru
3. variabel disiplin kerja guru

Uraian singkat hasil perhitungan sttistik deskriftif tersebut akan dikemukakan pada bagian berikut :
1. Variabel kinerja guru (Y)
Responden yang disajikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang skor variabel kinerja guru (Y) berkisar antara 71 hingga 84 dengan rata-rata skor 78,13 dan simpangan baku 3,48. Skor variabel kinerja guru yang sering muncul adalah 79,39,sementara nilai sentral berada pada skor 78,63.

2. Variabel Iklim kerja guru (X1)
Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentng skor variabel iklim kerja guru (X1) berkisar antara 94 hingga 113 dengan rata-rata skor 204,52 dan simpangan baku 5,25. Skor variabel iklim keerja guru yang sering muncul adalah 104,14 sementara nilai sentral berada pada skor 104,50.

3. Variabel Disiplin kerja guru (X2)
Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentng skor variabel disiplin kerja guru (X2) berkisar antara 64 hingga 81 dengan rata-rata skor 73,17 dan simpangan baku 4,92. Skor variabel iklim keerja guru yang sering muncul adalah 76 sementara nilai sentral berada pada skor 73,68.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini menyangkut dua hal yaitu diskrifsi hasil analisis tiap variabel dan hasil analisis korelasi antar variabel penelitian. Hasil analisis deskriftif variable menunjukkan bahwa :
1. Diperoleh skor terendah responden untujk variable kinerja guru ádalah 71 dan skor tertinggi responden adalah 84. rata-rata skor responden adalah 78,13 dengan stándar deviasi sebesar 3,48, sementara skor responden yang sering muncul hádala 79,39.
2. Diperoleh skor terendah responden untuk variable iklim kerja adalah 94 dan skor tertinggi responden ádalah 113. rata-rata skor responden adalah 104,50 dengan stándar deviasi sebesar 5,29, sementara skor responden yang sering muncul adalah 104,14.
3. Diperoleh skor terendah responden untuk variable disiplin kerja guru adalah 71 dan skor tertinggi responden adalah 81. rata-rata skor responden adalah 73,17 dengan stándar deviasi sebesar 4,92 sementara skor responden yang sering muncul adalah 76,00.

Hasil analisis hubungan antar variable adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara Iklim kerja guru dengan kinerja guru.
Analisis hasil penelitian terhadap hubungan antara iklim kerja guru dengan kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,64. Dan hal ini juga menggambarkan bahwa jika semakin tinggi skor iklim kerja maka semakin tinggi pula kinerja guru.

2. Hubungan antara Disiplin kerja guru dengan Kinerja guru
Analisis hasil penelitian terhadap hubungan antara disiplin kerja guru dengan kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,67. Dan hal ini juga menggambarkan bahwa jika semakin tinggi skor disiplin kerja maka semakin tinggi pula kinerja guru.

3. Hubungan antara iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dengan kinerja guru
Analisis hasil penelitian terhadap hubungan antara iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dengan kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,59. Sementara kontribusi yang diberikan oleh kedua variabel bebas adalah 35%. Artinya bahwa penurunan dan peningkatan variabel kinerja guru 35% ditentukan secara bersama oleh variabel iklim kerja dan disiplin kerja guru yang mengikuti persamaan garis
Y = 23,25 + 0,28X1 + 0,35X2




























BAB IV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan tentang hubungan iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dengan kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Samarinda dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara iklim kerja guru dengan kinerja guru, yang ditunjukkan oleh persamaan garis Y = 33,06 + 0,43 X1. Ini artinya semakin tinggi skor iklim kerja guru maka semakin tinggi pula kinerja guru.
2. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara disiplin kerja guru dengan kinerja guru, yang ditunjukkan oleh persamaan garis Y = 41,96 + 0,49 X2. Ini artinya semakin tinggi skor disiplin kerja guru maka semakin tinggi pula kinerja guru.
3. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dengan kinerja guru, yang ditunjukkan oleh persamaan garis Y = 23,25 + 0,28 X1 + 0,35 X2. Ini artinya secara keseluruhan variabel iklim kerja guru dan disiplin kerja guru dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja guru sebesar 35%

B. Implikasi
Temuan dalam penelitian ini memberikan makna bahwa upaya dalam meningkatkan kinerja guru tidak terlepas dri adanya upaya untuk menciptakan iklim kerja guru yang kondusif dan disiplin kerja yang tinggi.
Berikut akan dikemjukakan upaya yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja gutu melalui upaya peningkatan iklim kerja guru dan disiplin kerja guru.
1. Upaya meningkatkan kinerja guru melalui peningkatan iklim kerja guru
a. Mengikutsertakan guru dalam mengambil kebijakan sekolah
b. Melakukan pertemuan secara berkala kepada seluruh guru dan staf tata usaha guna
melakukan evaluasi diri
c. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
2. Upaya meningkatkan kinerja guru melalui peningkatan disiplin kerja
a. Sosialisasikan Rencana Program sekolah kepada guru dan staf
b. Laksanakan program pembinaan dan pengembangan guru dan staf
c. Tingkatkan kesejahteraan guru dan staf

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, diajukan beberapa saran sehubungan dengan upaya meningkatkan kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Samarinda sebagai berikut :
1. Faktor iklim kerja dan disiplin kerja guru terbukti memiliki hubungan yang erat dengan kinerja guru, oleh karena itu disarankan kepada kepala sekolah SMA Negeri di Kota Samarinda untuk senantiasa mempeerhatikan kedua faktor tersebut.
2. Disadari bahwa penelitian ini masih memiliki berbagai keterbatasan, oleh karena itu dianjurkan bagi penelitian lanjutan untuk lebih memperbanyak jumlah sampel dan menggunakan insrumen penelitian yang lebih bervariasi.